Thursday, December 27, 2007

Al Washaya

Abu Abdullah Al Harits Ibn Asad Al Anazi Al Muhasibi [ 781 M – 857 M ]

LURUS

Barang siapa meluruskan batinnya melalui muqarabah dan ikhlas,
Allah akan Menghiasi lahiriahnya dengan mujahadah dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW


DUNIA & AKHIRAT

Manusia yang baik adalah mereka yang tidak terpengaruh akhiratnya oleh dunianya,
Dan tidak pula meninggalkan dunianya sama sekali karena akhiratnya


LIDAH

Janganlah lengah soal lidah, sebab ia bagaikan seekor hewan buas berbahaya yang mangsa pertamanya adalah pemiliknya sendiri
Tutuplah pintu omonganmu sekuat-kuatnya
Jangan membukanya, kecuali jika harus membukanya
Jika engkau membukanya, maka hati-hatilah
Penuhi kebutuhanmu untuk berbicara sekadarnya saja



MENDEKAT & MENJAUH

Hati-hatilah terhadap orang yang mendekatimu atau yang engkau dekati
Sebab orang-orang yang menjauhimu atau orang yang engkau jauhi pasti akan selamat dari dirimu dan engkaupun akan selama dari diri mereka


EVALUASI

Lihatlah sudut-sudut hati kecilmu dengan pandangan mata yang tajam dan pengamatan yang cermat. Jika engkau mendapati sesuatu yang terpuji, maka terpujilah Allah dan teruslah berlalu. Akan tetapi, jika engkau melihat sesuatu yang menjengkelkan, maka ikutilah dengan evaluasi dan pemeriksaan yang baik terhadapnya


WASPADA

Tanda-tanda kewaspadaan yang paling nyata adalah rasa sedih dan duka, serta persiapan yang baik untuk kesedihan dan kedukaan itu
Sedangkan tanda-tanda kelengahan yang paling nyata adalah sikap riang dan angkuh karena keduanya melupakan dan melalaikan kewaspadaan
Meninggalkan kewaspadaan berarti pula meninggalkan persiapan untuk sesuatu setelah kematian


DOSA

Meremehkan dosa kecil adalah pangkal bagi dosa besar
Awalnya adalah kehati-hatian
Kemudian menjadi ketidaksengajaan, kemudian menjadi dosa kecil, dan akhirnya menjadi dosa besar



PUJI

Tidak mungkin seseorang yang senang dipuji karena sesuatu yang belum pernah ia kerjakan
Tidak suka dipuji karena amal yang pernah ia kerjakan, kecuali ia menyukai keduanya


HARAP & SYUKUR

Berharaplah kepadaNya seperti berharapnya orang yang membenarkan janjiNya dan menganggap nyata balasan pahalaNya
Bersyukurlah kepadaNya seperti syukurnya orang yang telah menerima kebaikan-kebaikanNya, telah memperbaiki amal kepadaNya, menghampiriNya, dan memberiNya penghormatan



IBADAH

Landasan ibadah itu kerendahan hati
Sementara kerendahan hati itu takwa
Landasan takwa itu introspeksi
Sedangkan landasan introspeksi itu rasa takut dan berharap
Rasa takut dan berharap muncul dari pemahaman terhadap janji dan ancaman Allah
Pemahaman terhadap janji dan ancaman Allah muncul karena ingat balasan Allah
Dan, ingat balasan Allah itu muncul dari penalaran dan perenungan



MAWAS DIRI

Tanda muraqaabah [mawas diri] adalah memilih apa yang dipilih oleh Allah, menganggap besar apa yang dipandang besar olehNya, dan menganggap remeh apa yang dipandangNya remeh


ZUHUD

Siapa menginginkan sikap zuhud, hendaklah ia menganggap sedikit sesuatu yang dianggap banyak oleh orang lain, menganggap banyak dunianya yang sedikit, menganggap kecil bencana besar yang menimpa dirinya, dan menganggap besar sesuatu yang dianggap kecil oleh orang lain


SABAR

Sabar itu ada tiga macam :
Sabarnya orang yang berjuang untuk bersabar [mutashabbir],
Sabarnya orang yang sabar [shabir], dan
Sabarnya orang yang sangat sabar [shabbar]




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Sunday, December 16, 2007

Kemurnian Akal

Kemurnian akal membutuhkan penghancuran semua impresi jahat yang telah dikumpulkan akal atau yang diterima akal secara langsung. Orang dapat menghancurkan impresi-impresi ini dengan lima cara, dan cara yang diambil berdasarkan impresi yang harus dihancurkan. Beberapa impresi harus dicuci bersih dari akal. Beberapa mesti dihapus dari permukaaan akal. Beberapa harus dikibas-kibaskan seperti debu dari pakaian. Beberapa mesti dibakar seperti kayu yang dibakar, yang setelah terbakar berubah menjadi abu. Beberapa impresi harus ditenggelamkan sehingga ia tidak pernah muncul lagi. Kuburlah impresi tertentu seperti mayat, temukanlah cara peniadaan yang cocok untuk impresi tertentu. Maka akal anda bisa jernih. Kedudukan akal tidak hanya untuk berpikir atau beralasan, tetapai juga raja wujud seseorang. Kesehatan, kebahagiaan, dan kedamaian kehidupan seseorang bergantung pada kondisi akal.

Pertanyaannya adalah .... apa yang harus dihancurkan dan apa yang harus disimpan ? ... Kumpulkan dan simpan hal-hal yang indah, hancurkan semua yang memiliki efek yang anda tidak inginkan. Kumpulkan semua hal yang harmonis, hancurkan semua yang menciptakan ketidakharmonisan pada diri anda. Kumpulkan dan simpan hal-hal yang tenang, hancurkan semua yang mengganggu kedamaian kehidupan anda. Seperti beberapa debu yang memasuki mekanisme jam sehingga jam itu berhenti, begitupun efek yang dihasilkan oleh semua impresi yang tidak mengandung kedamaian dan menghalangi anda dari kemajuan.
Akal tidak dapat berfungsi dengan baik ketika dihalangi oleh impresi yang mengandung kelumpuhan di dalamnya.

Hidup adalah progress, dan berhenti dari progress adalah kematian. Kegagalan tidak berarti apa-apa bagi kehidupan orang yang progresif. Meskipun seribu kegagalan, tidak masalah baginya. Sebelumnya ia telah memiliki pandangan tersendiri tentang kesuksesan, dan kesuksesan adalah miliknya meskipun sampai ribuan kegagalan. Hal yang paling menyedihkan dalam kehidupan adalah diam, ketika kehidupan tidak bergerak lebih lanjut. Seorang yang perasa lebih memilih untuk mati ketimbang hidup. Itu karena kelumpuhan jiwa, ruh dan selalu disebabkan oleh penyimpanan impresi jahat di akal.
Manusia membawa ketidakbahagiaan pada dirinya sendiri seperti sebuah bayangan, jatuh di atas jiwanya. Sekali orang dapat membersihkan impresi yang tidak diinginkan dari akalnya, dengan proses apapun, suatu kekuatan baru mulai memancar dari hatinya, membuka sebuah jalan dihadapannya untuk menyelesaikan semua yang diinginkannya, menarik kepada semua hal yang dibutuhkannya, membersihkan jalannya dari segala yang menghalanginya, membuat atmosfirnya menjadi jernih, dan baginya hidup dan bergerak serta kemampuan menyelesaikan semua hal yang ingin diselesaikan.



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Pemurnian Mental

Sebagaimana kita memiliki kebutuhan terhadap pencucian dan pemurnian tubuh, kita juga memiliki kebutuhan, bahkan lebih lagi, akal kita dicuci dan dimurnikan. Semua ketidakmurnian menyebabkan penyakit, sebagaimana ketidak-aturan dalam kerja sistem fisik. Hal yang sama berlaku bagi akal. Ada ketidakmurnian-ketidakmurnian akal yang menimbulkan penyakit yang berbeda-beda. Dengan mencuci akal, orang membantu menciptakan kesehatan baik pada tubuh maupun pada akal. Kesehatan adalah kondisi alamiah, dan spiritualitas adalah menjadi alamiah.

Sangat sedikit pemikiran seperti ini. Banyak orang mengira, menjadi spiritual berarti mampu melakukan hal-hal yang mengagumkan, mampu melihat hal-hal yang aneh, fenomena yang luar biasa. Sangat sedikit yang mengetahui betapa sederhananya ia, sehingga menjadi spiritual berarti menjadi alami.

Pemurnian mental dapat dilakukan dengan tiga cara. Cara yang pertama adalah menenangkan akal, karena sangat sering aktivitas akal yang memproduksi ketidakmurnian. Penenangan akal menghilangkan ketidakmurnian darinya. Ini seperti mengembalikan akal pada tempat alaminya. Akal dapat diumpamakan seperti kolam air. Ketika air dalam kolam tidak terganggu, pemantulan menjadi jelas. Begitu pun dengan akal, jika akal terganggu, orang tidak dapat menerima intuisi, inspirasi, dengan jelas di dalamnya. Sekali akal tenang, ia akan memberikan pantulan yang jelas, seperti yang terjadi pada kolam air di kolam itu tenang.

Kondisi ini bisa didapatkan dengan cara mempraktekkan penenangan fisikal. Dengan duduk dalam postur tertentu maka pengaruhnya tercipta. Dalam sains, para ahli mengetahui cara-cara duduk yang berbeda dalam keheningan, dan setiap cara memiliki signifikansi tertentu. Dan bukan hanya signifikansi imajiner, ia juga memproduksi hasil yang nyata. Beberapa pengalaman baik secara pribadi maupun melalui orang lain, yang menunjukkan bagaimana cara duduk tertentu dapat mengubah sikap akal. Dan orang-orang kuno mengetahui hal ini. Mereka mengetahui cara-cara duduk yang berbeda bagi orang yang berbeda. Ada cara pendekar, cara pelajar, cara bagi orang meditatif, cara usahawan, cara buruh, cara penemu, dan lain sebagainya. Ada efek besar yang didapatkan orang dengan cara duduk dengan postur tertentu, khususnya bagi akalnya.

Kita mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari kita, tetapi kita tidak memikirkannya. Kita pernah duduk dengan cara tertentu tapi kita malah merasa geisah, dan pernah duduk dengan cara lain dan kita merasa damai. Posisi tertentu membuat kita merasa terinspirasi, dan cara duduk yang lain membuat kita lesu, tidak memiliki antusiasme. Dengan menenangkan akal, melalui postur tertentu, orang dapat memurnikan akalnya.

Cara kedua memurnikan akal adalah dengan cara pernapasan. Sangat menarik bagi orang-orang Timur ketika menyaksikan kadang-kadang di Barat, dalam penemuan mereka, orang tidak menyadari telah menerapkan prinsip ini. Orang Barat memiliki mesin yang membersihkan karpet dengan cara menghisap debunya. Prinsip ini adalah sama dengan cara penapasan yang tepat yaitu menghirup debu dari akal lalu mengeluarkannya. Para ilmuwan melangkah sangat jauh dengan mengatakan bahwa orang yang menghembuskan CO2 keluar, udara yang buruk dikeluarkan dengan cara menghembuskannya keluar dari tubuh. Sementara “ilmuwan” Timur melangkah lebih jauh lagi dengan mengatakan bahwa bukan hanya dari tubuh, tetapi juga dari akal. Jika orang mengetahui bagaimana cara menghilangkan ketidakmurnian, orang dapat menghilangkannya lebih dari yang bisa dibayangkan. Ketidakmurnian akal dapat dihembuskan keluar dengan cara bernapas yang benar. Itulah sebabnya mengapa para “ahli” Timur menggabungkan pernapasan dengan postur. Postur membantu menenangkan akal, pernapasan membantu membersihkan akal, kedua-duanya berjalan bersama-sama.

Cara ketiga memurnikan akal adalah dengan sikap, dengan sikap yang benar terhadap kehidupan. Menuju pemurnian adalah cara moral dan jalan agung. Orang bisa saja bernapas dan duduk dengan ribuan postur, tetapi jika tidak memiliki sikap yang baik terhadap kehidupan, dia tidak akan pernah berkembang. Itu hal yang prinsip. Pertanyaannya adalah apakah sikap yang benar itu ? sikap yang benar tergantung pada bagaimana menyenangkan orang menghargai kelemahan-kelemahannya sendiri. Sangat sering orang siap membela dirinya sendiri atas kesalahan dan kekhilafan yang dibuatnya, dan keinginan membuat kesalahan sendiri menjadi benar, tetapi ia tidak melakukan hal yang sama kepada orang lain. Orang menganggapnya sebagai tugasnya ketika harus menilai orang lain. Betapa mudahnya tidak menyetujui orang lain. Begitu mudahnya melangkah ke depan dan membenci orang lain, dan bukan hal yang sulit untuk maju lagi selangkah ke depan dan membenci orang lain. Ketika bertindak dengan cara itu, orang tidak berpikir sebagai suatu kesalahan. Walaupun suatu kondisi yang berkembang itu di dalam diri, orang selalu melihatnya sebagai di luar. Semua kejahatan yang berkembang di dalam diri, orang melihatnya pada orang lain. Oleh karena itu manusia selalu dalam ilusi. Hal yang paling besar adalah bahwa orang yang paling bersalah adalah orang yang menyalahkan. Tetapi lebih baik diekspresikan dengan cara yang lain karena orang yang paling menyalahkan, menjadi orang yang paling bersalah.

Ada keindahan bentuk, warna, garis, cara, karakter. Pada beberapa orang, keindahan itu kurang, sedangkan pada beberapa orang lainnya, keindahan itu berlebih. Hanyalah dengan perbandingan, sehingga satu orang lebih baik ketimbang yang lain. Jika kita tidak membandingkan, orang lain akan tampak baik. Perbandinganlah yang membuat kita menganggap satu hal lebih indah ketimbang yang lain. Jika kita melihat dengan hati-hati, kita akan melihat keindahan tersebut seperti terdapat pada yang lain juga. Sangat sering perbandingan kita tidak benar untuk suatu alasan yang sangat tepat. Meskipun saat ini kita menetapkan dalam akal kita apa yang indah dan bagus, kita layak mengubah konsepsi tersebut dalam waktu sehari, sebulan bahkan setahun atau lebih. Hal itu menunjukkan pada kita bahwa ketika melihat sesuatu, kita mampu menilainya jika keindahannya memanifestasi dalam pandangan kita.

Tidak ada yang perlu dikejutkan bilamana ada sebagian orang berkata “saya mencintai semua hal yang saya lihat di dunia, selain semua penderitaan, perjuangan dan kesulitan, semua berharga.” Sementara sebagian orang lain mengatakan, “semua menyedihkan. Kehidupan itu buruk, tidak ada sedikitpun keindahan di dunia ini.” Masing-masing benar menurut sudut pandangannya. Keduannya sama-sama ikhlas. Tetapi mereka berbeda karena mereka melihatnya dengan cara yang berbeda. Masing-masing memiliki alasan untuk membuktikan kehidupan indah atau tidak sama sekali. Hanya saja, yang satu menguntungkan dirinya dengan pandangan keindahan, dan yang lain menghilangkannya dengan tidak menghargainya, dengan tidak melihat keindahan di dalamnya.

Dengan sikap yang salah, dalam akalnya orang mengumpulkan ekspresi yang tidak diinginkan yang berasal dari orang banyak, karena tidak satu orangpun di dunia ini yang sempurna. Setiap orang memiliki satu sisi yang dapat dikritisi dan ingin diperbaikinya. Ketika melihat sisi itu, orang mengakumulasikan impresi yang membuat orang semakin tidak sempurna karena mereka mengumpulkan ketidaksempurnaan, dan yang kemudian menjadi satu dunia. Dan ketika akal menjadi penyerap yang penuh dengan impresi yang tidak diinginkan, apa yang keluar darinya juga hal-hal yang tidak diinginkan pula. Tidak ada orang yang dapat membicarakan sakit orang lain tanpa kecuali ia memilikinya, karena orang yang membicarakan sakit orang lain, sebenarnya menyakiti dirinya sendiri.

Jadi, pemurnian akal, dari sudut pandang moral, harus dipelajari dalam kehidupan sehari-hari seseorang, dengan mencoba menimbang hal-hal yang simpatik, dengan rasa suka, dengan memandang orang lain sebagaimana memandang diri sendiri, dengan menempatkan diri sendiri dalam posisi mereka, sambil menuduh orang lain dalam melihat ketidakkompakkan mereka. Jiwa-jiwa di bumi dilahirkan tidak sempurna dan menunjukkan ketidaksempurnaan. Dari sini mereka berkembang secara alami, sampai akhirnya menyempurna. Jika semuanya sempurna, tidak akan ada lagi tujuan penciptaan, dan manifestasi telah mengambil tempatnya. Dengan demikian, setiap wujud di sini bisa bergerak dari ketidaksempurnaan kepada kesempurnaan. Itulah tujuan dan kenikmatan kehidupan yang demi hal itu dunia ini diciptakan. Jika kita mengharapkan setiap orang menjadi sebagai sesuatu yang sempurna dan kondisi pun sempurna, maka tidak akan ada kenikmatan dalam hidup dan tidak ada tujuan kita berada di sini.

Oleh karena itu, pemurnian akal bertujuan untuk memurnikannya dari semua impresi yang tidak diinginkan, bukan hanya terhadap kelemahan orang lain, harus juga tiba pada tingkat ketika orang melupakan kelemahannya sendiri. Beberapa orang yang taat dan shaleh menyalahkan diri mereka atas segala kesalahan mereka, sehingga mereka menjadi kesalahan itu sendiri. Berkonsentrasi pada kesalahan terus-menerus, berarti mengukir kesalahan pada akal. Hal yang terbaik adalah dengan melupakan kesalahan sendiri dan kesalahan orang lain dan menetapkan akal pada pengumpulan semua yang baik dan indah-indah.

Ketika di dunia ketidaksempurnaan ini kita mencari semua yang indah dan baik, akan banyak kesempatan kekecewaan. Tetapi, pada saat yang sama, jika kita terus-menerus mencarinya, tidak melihat kepada kemungkinan kecewa itu sendiri, maka kita pasti menemukannya. Dan sekali kita menemukannya, kita akan menemukan lebih banyak keindahan dan kebaikan, dan lebih banyak lagi. Akan tiba suatu saat dalam kehidupan manusia ketika ia dapat melihat beberapa kebaikan pada diri orang yang paling jahat di dunia ini. Ketika ia mencapai posisi itu, meskipun kebaikan ditutupi oleh ribuan hijab, ia akan dapat meletakkan tangannya pada hal yang baik, karena ia mencari kebaikan-kebaikan, dan menarik apa yang baik dan indah.


...... simpati melumerkan kebekuan hati.....
[ Hazrat Inayat Khan ]





Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Harta itu adalah Harta Tuhan

Semua harta yang kita miliki, pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. Selama berada di tangan kita, harta itu hanyalah pinjaman dari Allah SWT, karena setiap saat Allah dapat mengambilnya kembali. Gunakan harta itu dengan baik pada jalan yang baik pula. Infakkanlah harta itu di jalan Allah, karena apa yang kita infakkan dijalanNya akan menjadi harta yang hakiki. Kita harus ingat bahwa setiap infak yang kita berikan akan mendapat balasan di akhirat kelak. Infak inilah yang akan menjadi bekal yang sangat kita perlukan pada waktu itu, dan balasan yang diberikan Allah akan berlipat ganda hingga sepuluh kali amalan yang telah kita lakukan. Demikianlah seterusnya hingga menjadi lebih banyak dari itu, sesuai dengan kehendakNya. Rasulullah SAW bersabda, “Mereka yang menyedekahkan hartanya kepada orang lain, hartanya tidak akan berkurang. Bahkan, harta itu akan bertambah, dan bertambah, dan bertambah.”

Apa yang kita infakkan, sebenarnya itulah yang menjadi harta kita. Dan apa yang kita pertahankan, mungkin suatu saat akan diambil kembali oleh Tuhan yang memberinya atau mungkin akan menjadi hak orang lain. Betapa banyak malapetaka yang menimpa orang-orang yang telah mengabaikan kewajiban atas hartanya. Harta adalah fitnah [ujian], sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam surat At Taghaabun ayat 15, yang artinya “Bahwasanya hartamu dan anak-anakmu itu adalah fitnah [ujian], dan di sisi Allah ada pahala yang besar.”

Jika harta itu tidak diinfakkan di jalan yang benar sebagaimana yang diperintahkan Allah, maka harta itu akan menjadi fitnah [ujian]. Artinya, jika si pemiliknya tidak lulus dalam ujian terkait harta yang dimilikinya, maka harta itu akan menjadi fitnah [ujian] yang dapat melumatkan si pemiliknya. Fitnah [ujian] yang dijatuhkanNya kepada hartawan yang lalim bisa saja diberlakukanNya baik saat hidup di dunia maupun di kehidupan kekal nanti. Nauzubillahi min dzalik...

Bahwa di antara harta kita terdapat hak fakir miskin dan orang-orang terlantar yang membutuhkan bantuan kita, khususnya kaum kerabat dan tetangga dekat. Hak fakir miskin dalam konteks ini bukan berarti zakat yang sudah menjadi kewajiban atas harta kita yang harus dibayarkan. Bahkan selain zakat, ada pula kewajiban-kewajiban lain yang harus dikerjakan, yaitu sedekah sukarela untuk membantu orang-orang yang memerlukannya.

Betapa lebih indah kehidupan dunia fana ini bilamana setiap orang menyadari dan memahami arti harta yang dititipkanNya, terutama konsekuensi atas harta titipan itu. Niscaya tidak ada kemiskinan yang parah terjadi secara meluas di bumi ini, sebaliknya kesejahteraan yang adil dan merata di penjuru negeri, rasa kebersamaan sebagai makhlukNya membumi dan melangit.

Jadi, tunggu apalagi untuk memulai dari diri sendiri dan lingkungan diri ? .. sebelum terlambat, mulailah bersihkan dan berbenah diri, menghitung bagian-bagian yang hakikatnya bukanlah milikmu, agar tak membebani diri saat bel kepulangan abadi didentangkanNya. Untuk dunia, kita ikut berpartisipasi membangun negeri ini menuju masyarakat yang sejahtera.



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Wednesday, November 14, 2007


Allah SWT Berfirman, “Hai anak Adam ! jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan merasa cukup. Tinggalkan rasa dengki, pasti engkau bahagia. Hindarilah hal yang haram, pasti engkau ikhlas dalam beragama. Siapa yang tidak melakukan ghibah, Aku Cinta padanya. Siapa yang meninggalkan manusia, ia akan selamat dari mereka. Siapa yang sedikit bicara, sempurnalah akalnya. Siapa yang ridha dengan yang sedikit, berarti ia telah yakin kepada Allah SWT. Wahai anak Adam ! engkau tidak mau mengamalkan apa yang engkau ketahui, lalu bagaimana engkau mencari pengetahuan yang tidak engkau ketahui ?. Wahai anak Adam ! engkau telah berbuat di dunia seolah-olah tidak akan mati esok, dan sibuk mengumpulkan harta seakan-akan hidup selamanya. Wahai dunia ! jangan engkau beri orang yang tamak padamu. Carilah orang yang zuhud terhadapmu. Menjadi manislah engkau dalam pandangan orang yang melihatmu.”

Allah SWT Berfirman, “Wahai anak Adam ! siapa yang sedih karena dunia, hal itu hanya menjauhkannya dari Allah. Di dunia ia capek, di akhirat ia susah; Allah akan buat hatinya risau senantiasa, terus sibuk tiada henti, miskin tanpa pernah bisa kaya, dan selalu diliputi angan-angan. Wahai anak Adam ! umurmu setiap hari berkurang, tapi engkau tidak mengetahui. Setiap hari Aku datang membawa rejekimu, tapi engkau tidak pernah bersyukur. Engkau tidak pernah puas dengan yang sedikit, dan tak pernah kenyang dengan harta yang banyak. Wahai anak Adam ! setiap hari Aku berikan rejeki padamu. Sementara setiap malam para malaikat datang padaKu membawa amal burukmu. Engkau makan rejekiKu, tapi engkau maksiat padaKu. Engkau berdoa kepadaKu lantas Ku kabulkan. Engkau lepaskan apa yang Ku berikan kepadamu. Ku tutupi keburukanmu setelah sebelumnya terbuka. Aku malu padamu, sementara engkau tidak pernah malu kepadaKu. Engkau melupakanKu dan mengingat yang lain. Engkau takut pada manusia, dan merasa aman dariKu. Engkau takut pada murka mereka dan tidak takut pada murkaKu.”

Sumber : Al Mawa’izh fi Al Ahadits Al Qudsiyyah, Syekh Hujjatul Islam Abu Ahmad Al Ghazali



Creative Commons License
This work is licensed under a

Monday, November 12, 2007

Sumber-sumber Ujub & Terapinya


Syekh Hujjatul Islam Abu Hamid Al Ghazali membagi sumber-sumber ujub menjadi delapan macam.

Pertama, ujub dengan fisiknya : postur tubuh, kecantikan, kekuatan, keserasian bentuk, suara yang bagus, tampang yang ganteng dan lain sebagainya.
Terapi jenis ujub ini adalah dengan tafakur tentang berbagai kekotoran batinnya, tentang mula pertama penciptaan dan akhir kesudahannya, tentang bagaimana wajah yang cantik dan tubuh yang gemulai itu akan terkoyak-koyak oleh tanah dan membusuk di kubur hingga menjijikkan.

Kedua, keadidayaan dan kekuatan.
sebagaimana dikisahkan tentang kaum ‘Ad ketika mereka berkata seperti yang direkam dalam Al Quran surat Fushilat [41] : 15 “siapakah yang lebih besar kekuatannya dibandingkan kekuatan kami ?”, dan peristiwa Hunain sesuai Al Quran surat At Taubah [9] : 25.Terapi ujub ini adalah bahwa beriang gembira sehari saja bisa melemahkan kekuatannya, dan bisa jadi Allah akan mencabut kekuatan itu cukup dengan sakit gigi saja sudah tidak bisa berkutik, apalagi jika dicabut keseluruhan akibat pelanggaran ringan yang dilakukannya.

Ketiga, ujub dengan intelektual, kecerdikan dan kepandaian.
Terapinya adalah bersyukur kepada Allah atas karunia yang telah diberikan kepadanya, dan merenungkan bahwa dengan penyakit paling ringan yang menimpa otaknya, sudah bisa membuatnya berbicara melantur dan gila, sehingga menjadi tertawaan orang. Ia tidak aman dari ancaman kehilangan akal jika ia ujub dengan intelektualitas dan tidak mensyukurinya. Hendaklah ia menyadari keterbatasan akal dan ilmunya. Hendaklah ia mengetahui bahwa ia tidak diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit. Sebagaimana telah diungkap di dalam Al Quran Al Isra [17] : 85 : “…tidaklah Kami memberi ilmu kepada kalian kecuali sedikit sekali.”

Keempat, ujub dengan nasab [keturunan] yang terhormat.
Terapinya adalah menyadari bahwa manusia diciptakan oleh Allah dari keturunan yang sama yaitu Adam AS dan Siti Hawa.
Sesuai dengan firman Allah pada surat Al Hujurat [49] : 13 yang artinya : “… bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah tergantung takwanya bukan nasabnya.”
Nabi Muhammad SAW bersabda “orang yang paling mulia di antara mereka adalah orang paling banyak mengingat kematian [dzikru al maut] dan paling siap menghadapinya [al syauq].”

Kelima : ujub dengan nasab penguasa yang zalim dan para pendukung mereka, bukan nasab ahli agama dan ahli ilmu.
Terapinya adalah merenungkan tentang berbagai kehinaan mereka dan tindakan-tindakan kezaliman mereka terhadap hamba-hamba Allah. Kerusakan yang mereka lakukan terhadap agama Allah dan bahwa mereka adalah orang-orang yang dimurkai Allah SWT karena kezalimannya.

Keenam : ujub dengan banyaknya jumlah anak, pendukung dan pengikut.
Seperti yang diungkapkan Allah SWT dalam QS. Saba [34] : 35 yang berarti “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak dan kami sama sekali tidak akan diazab.”
Terapinya adalah merenungkan tentang kelemahannya, bahwa mereka adalah hamba yang lemah. Sesuai firman Allah SWT pada QS Al Baqarah [2] : 249 yang artinya “… betapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan ijin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang sabar.”

Ketujuh : ujub dengan harta.
Sebagaimana Allah mengungkapkan tentang orang yang memiliki dua kebun di dalam QS Al Kahfi [18] : 34 yang artinya “… Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.”
Terapinya adalah merenungkan tentang keburukan-keburukan harta kekayaan, hak-haknya yang banyak, dan pada pendengkinya yang rakus, serta memperhatikan orang-orang yang fakir dan bahwa mereka akan masuk surga terlebih dahulu pada hari kiamat.
Allah SWT berfirman dalam QS Al ‘Alaq [96] : 6-7 yang artinya “ketahuilah sesungguhnya manusia itu suka sombong kalau telah melihat dirinya kaya.”

Itulah sebabnya maka Dzun Nun mengatakan ada enam sumber kerusakan dunia ini yaitu :
1. Memiliki niat yang lemah dalam melakukan amal untuk akhirat;
2. Tingkah laku banyak diperbudak oleh nafsu;
3. Tidak henti-hentinya menumpuk-numpuk harta, bahkan menjelang ajal sekalipun;
4. Lebih suka menyenangkan makhluk dibandingkan mencari kesenangan dan ridha Allah;
5. Memperturutkan nafsu sehingga tidak menaruh perhatian pada sunnah nabi SAW;
6. Membela diri dengan menyebutkan kesalahan orang lain sambil mengubur prestasi pendahulu-pendahulunya.

Kedelapan : ujub dengan pendapat yang salah.
Berdasarkan QS Fathir [35] : 8 yang artinya “Maka apakah orang yang dijadikan setan menganggap baik pekerjaannya yang jelek lalu ia meyakini pekerjaan itu baik…”
Dalam riwayat Imam Bukhari & Muslim, Nabi SAW meramalkan bahwa umat akhir jaman akan mendominasi sifat-sifat itu. Umat-umat dahulu hancur karena sikap itu, dan umat akhir juga akan hancur karena sikap itu, sebagaimana gambaran Allah SWT dalam QS Al Mukminun [23] : 53 yang artinya “kemudian mereka menjadikan agama mereka terpecah belah, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan golongannya sendiri.”
Terapinya secara umum adalah hendaknya ia selalu introspeksi dengan pendapatnya, tidak ujub dan bangga sambil terpedaya, kecuali jika secara pasti didukung oleh Al Quran dan As Sunnah melalui dalil akal yang benar, ditunjang oleh persyaratan-persyaratan yang lengkap

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Sunday, November 11, 2007

Mengenal Diri


Mengenal diri adalah kunci untuk mengenal Tuhan, sesuai ungkapan hadis : “Siapa yang mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya,” dan sebagaimana dikatakan Al Quran : “Akan Kami tunjukkan ayat-ayat Kami di dunia ini dan dalam diri mereka agar kebenaran tampak bagi mereka.” [QS 41 : 53]

Ketahuilah, tak ada yang lebih dekat kepadamu kecuali dirimu sendiri. Jika kau tidak mengetahui dirimu sendiri, bagaimana bisa mengetahui yang lain. Pengetahuanmu tentang diri sendiri dari sisi lahiriah, seperti bentuk muka, badan, anggota tubuh, dan lainnya sama sekali tak akan mengantarmu untuk mengenal Tuhan. Sama halnya, pengetahuanmu mengenai karakter fisikal dirimu, seperti bahwa kalau lapar kau makan, kalau sedih kau menangis, dan kalau marah kau menyerang, bukanlah kunci menuju pengetahuan tentang Tuhan. Bagaimana bisa kau mencapai kemajuan dalam perjalanan ini jika kau mengandalkan insting hewani serupa itu ? Sesungguhnya pengetahuan yang benar tentang diri meliputi beberapa hal berikut :
Siapa aku dan dari mana aku dating ? kemana aku akan pergi, apa tujuan kedatangan dan persinggahanku di dunia ini, dan dimanakah kebahagiaan sejati dapat ditemukan ? ketahuilah, ada tiga sifat yang bersemayam dalam dirimu : hewan, setan dan malaikat. Harus kau temukan, mana di antara ketiganya yang aksidental dan mana yang esensial. Tanpa menyingkap rahasia itu , kau takkan temukan kebahagiaan sejati.

Pekerjaan hewan hanyalah makan, tidur dan berkelahi. Karena itu, jika engkau hewan, sibukkanlah dirimu dalam aktivitas itu. Setan selalu sibuk mengobarkan kejahatan tipu daya, dan dusta. Jika kau termasuk golongan setan, lakukan yang biasa ia kerjakan. Sementara, malaikat selalu merenungkan keindahan Tuhan dan sepenuhnya bebas dari sifat hewani. Jika kau punya sifat malaikat, berjuanglah menemukan sifat-sifat asalimu agar kau dapat mengenali dan merenungi DIA Yang Maha Tinggi serta terbebas dari perbudakan syahwat dan amarah. Berupayalah untuk mencari tahu mengapa kau diciptakan dengan kedua insting hewan ini, syahwat dan amarah, sehingga kau tidak ditundukkan dan diperangkap keduanya. Alih-alih diperbudak keduanya, kau harus menundukkan mereka dan mempergunakannya sebagai kuda tunggangan dan senjatamu.

Langkah pertama untuk mengenal diri adalah menyadari bahwa dirimu terdiri atas bentuk luar yang disebut jasad, dan wujud dalam yang disebut qalb atau ruh. Qalb yang saya maksudkan bukanlah segumpal daging yang terletak di dada kiri, melainkan tuan yang mengendalikan semua fakultas lainnya dalam diri serta mempergunakannya sebagai alat dan pelayannya. Pada hakikatnya, ia bukan sesuatu yang indrawi, melainkan sesuatu yang gaib; ia muncul di dunia ini sebagai pelancong dari negeri asing untuk berdagang dan kelak akan kembali ke tanah asalnya. Pengetahuan tentang wujud dan sifat-sifatnya inilah yang menjadi kunci mengenal Tuhan.

Sebagian pemahaman mengenai hakikat hati atau ruh dapat diperoleh seseorang dengan mengatupkan matanya dan melupakan segala sesuatu di sekitarnya selain dirinya sendiri. Dengan begitu, ia akan mengetahui ketakterbatasan sifat dirinya itu. Namun syariat melarang kita menelisik hakikat ruh sebagaimana ditegaskan Al Quran : “Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakan : ruh adalah urusan Tuhanku.”[QS 17 : 85]
Jadi, sedikit yang dapat diketahui hanyalah bahwa ia merupakan suatu esensi tak terbagi yang termasuk dalam dunia titah [amr], dan bahwa ia bukanlah sesuatu yang abadi, melainkan ciptaan. Pengetahuan filosofis yang tepat mengenai ruh bukanlah awal yang niscaya untuk meniti jalan ruhani. Pengetahuan itu akan didapatkan melalui disiplin diri dan kesabaran menapaki jalan ruhani, sebagaimana dikatakan Al Quran : “Siapa yang berjuang di jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami [yang lurus].” [QS 29 : 69]

Untuk memahami lebih jauh perjuangan batin untuk benar-benar mengenal diri dan Tuhan, kita dapat melihat jasad kita sebagai sebuah kerajaan; jiwa sebagai rajanya dan indra beserta fakultas lain sebagai tentaranya. Akal bisa disebut perdana menterinya, syahwat sebagai pemungut pajak, dan amarah sebagai polisi. Dengan alasan mengumpulkan pajak, syahwat selalu ingin merampas segala hal demi kepentingan sendiri, sementara amarah cenderung bersikap kasar dan keras. Pemungut pajak dan polisi harus selalu ditempatkan di bawah raja, tetapi tak mesti dibunuh atau ditindas, karena mereka punya peran tersendiri yang harus dipenuhinya. Namun jika syahwat dan amarah menguasai nalar, maka jiwa pasti runtuh. Jiwa yang membiarkan fakultas-fakultas yang lebih rendah menguasai yang lebih tinggi, ibarat orang yang menyerahkan bidadari kepada seekor anjing, atau seorang musim kepada seorang raja kafir yang zalim.

Memelihara sifat-sifat setan, hewan, atau malaikat akan melahirkan watak yang bersesuaian dengannya di hari kiamat akan mewujud dalam rupa yang kasat mata, seperti syahwat menjadi babi, amarah menjadi anjing dan srigala, serta kesucian mewujud dalam rupa malaikat. Pendisiplinan moral bertujuan membersihkan kalbu dari karat syahwat dan amarah sehingga sebening cermin yang mampu memantulkan cahaya ilahi.

Mungkin ada orang yang berkeberatan dan menanyakan, “jika manusia diciptakan dengan sifat-sifat hewan, setan dan malaikat, bagaimana kita bisa tahu bahwa sifat malaikat adalah esensi kita, sementara sifat hewan dan setan hanyalah aksidensi ?.”
Jawabannya, esensi setiap makhluk adalah sesuatu yang tertinggi dan khas dalam dirinya. Contohnya, kuda dan keledai adalah hewan pengangkut beban, tetapi kuda lebih unggul karena ia dipergunakan juga untuk perang. Jika tidak, kuda terpuruk hanya menjadi hewan pengangkut beban. Fakultas tertinggi dalam diri manusia adalah akal yang memampukannya merenung tentang Tuhan. Jika akal mendominasi, maka ketika mati ia terbebas dari kecenderungan syahwat dan amarah, sehingga dapat bergabung dengan para malaikat. Dibandingkan dengan beberapa jenis hewan, manusia jauh lebih lemah. Berkat akal, ia dapat mengungguli mereka sebagaimana dikatakan Al Quran : “Telah kami tundukkan segala sesuatu di atas bumi untuk manusia.” [QS 45 : 13]
Sebaliknya, jika sifat hewani atau setan yang berkuasa, maka setelah mati ia akan selalu menghadap ke bumi dan mendambakan kesenangan duniawi.

Betapa mengagumkan, jiwa rasional [akal] manusia berlimpah dengan pengetahuan dan kekuatan. Berkat keduanya ia dapat menguasai seni dan sains, mampu bolak-balik dari bumi ke angkasa secepat kilat, dapat memetakan langit dan mengukur jarak antarbintang. Berkat ilmu dan kekuatan ia juga dapat menangkap ikan dari lautan dan burung di udara, bahkan kuasa menundukkan binatang liar seperti gajah, unta dan kuda. Panca indranya bagaikan lima pintu yang terbuka menghadap dunia luar. Namun yang paling menakjubkan dari semua itu adalah kalbunya yang memiliki jendela terbuka ke dunia ruh yang gaib. Dalam keadaan tidur, ketika saluran indranya tertutup, jendela ini terbuka menerima berbagai gambaran dari dunia gaib, yang kadang-kadang mengabarkan isyarat tentang masa depan. Kalbunya bagaikan sebuah cermin yang memantulkan segala sesuatu di Lauh Mahfuzh. Tetapi, bahkan di saat ia tidur, pikiran-pikiran yang bersifat duniawi akan memburamkan cermin tersebut sehingga kesan-kesan yang diterimanya tidak jelas. Bagaimanapun, saat kematian datang, semua pikiran seperti itu akan sirna dan hakikat segala sesuatu tampak sejelas-jelasnya. Saat itulah yang dimaksud dalam ayat Al Quran : “kamu lalai dari [hal] ini. Kami singkapkan tutup matamu sehingga penglihatanmu pada hari itu sangat tajam.” [QS 50 : 22]

Jendela dalam kalbu ini juga dapat terbuka dan mengarah ke dunia gaib di saat-saat yang menyerupai ilham kenabian, yakni ketika intuisi muncul dalam pikiran tanpa melalui perangkat indrawi. Makin seseorang memurnikan dirinya dari hasrat badani dan memusatkan pikiran kepada Tuhan, semakin peka ia terhadap intuisi-intuisi seperti itu. Orang yang tidak menyadari intuisi semacam itu tak berhak menyangkal keberadaannya.

Dan tidak hanya para nabi yang bisa menerima intuisi seperti itu. Layaknya sebatang besi yang terus dipoles akan berubah menjadi cermin, pikiran siapapun akan mampu menerima intuisi seperti itu jika dilatih dengan disiplin yang keras. Kebenaran inilah yang diisyaratkan oleh Nabi ketika beliau bersabda : “setiap anak dilahirkan dengan fitrah [kecenderungan menjadi musli]; orang tuanya kemudian menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Setiap manusia di lubuk terdalam kesadarannya mendengar pertanyaan, “Bukankah Aku ini Tuhanmu ?,” dan menjawab, “ya” [referensi QS 7 : 172]. Tetapi kebanyakan kalbu manusia bagaikan cermin yang telah tertutup karat dan kotoran sehingga tidak dapat memantulkan gambaran yang jernih. Berbeda dengan kalbu para nabi dan wali yang, meski mereka pun memiliki nafsu serupa kita, sangat peka terhadap kesan-kesan ilahiah.

Sebagaimana dikatakan di atas, jiwa rasional dilimpahi pengetahuan dan kekuatan. Jadi, intuisi seperti itu tidak hanya bisa diraih dengan pengetahuan, yang membuat manusia lebih unggul dari semua makhluk lainnya, tetapi juga dengan kekuatan. Sebagaimana malaikat menguasai pelbagai kekuatan alam, jiwa manusia pun berkuasa mengatur semua anggota badan. Jiwa yang telah mencapai tingkat kekuatan tertentu, tidak saja dapat mengatur jasadnya sendiri, melainkan juga jasad orang lain. Jika ia ingin agar seseorang yang sakit sembuh, si sakit akan sembuh, atau jika ingin seseorang yang sehat agar jatuh sakit, sakitlah orang itu, atau jika ia inginkan kehadiran seseorang, orang itu akan dating dihadapannya. Baik atau buruk akibat yang ditimbulkan oleh jiwa yang sangat kuat ini bergantung pada sumber kekuatannya, sihir ataukah mukjizat.

Ada tiga hal yang membedakan jiwa yang sangat kuat ini dari jiwa orang kebanyakan.
Pertama, apa yang dilihat orang lain hanya dalam mimpi, mereka melihatnya di saat-saat jaga.
Kedua, sementara kehendak orang lain hanya mempengaruhi jasad mereka, jiwa ini, dengan kekuatan kehendakNya, bisa pula menggerakkan jasad orang lain.
Ketiga, jika orang lain mesti belajar keras untuk mendapatkan suatu pengetahuan, ia mendapatkannya melalui intuisi.

Tentu saja ada banyak hal lain yang membedakan jiwa mereka dari jiwa kebanyakan manusia. Namun, ketiga tanda itulah yang dapat diketahui umum. Sebagaimana tidak ada sesuatupun yang mengetahui hakikat sifat-sifat Tuhan kecuali Tuhan, sifat sejati seorang nabi pun hanya diketahui oleh nabi. Tak perlu merasa heran, karena dalam kehidupan sehari-haripun kita tak mungkin menerangkan keindahan puisi pada seseorang yang tak peka terhadap rima dan irama, atau menjelaskan keindahan warna kepada seorang yang buta. Selain ketidakmampuan, ada perintang-perintang lain untuk mencapai kebenaran spiritual. Satu di antaranya adalah pengetahuan capaian lahiriah. Jelasnya, hati manusia bisa digambarkan sebagai sumur dan panca indra sebagai lima aliran yang terus mengaliri sumur itu. Untuk mengetahui kandungan hati yang sebenarnya, kita harus menghentikan aliran-aliran tersebut dan membersihkan sampah yang dibawanya. Dengan kata lain, jika kita ingin sampai kepada kebenaran ruhani yang murni, kita mesti membuang pengetahuan yang telah dicapai melalui proses indrawi dan yang sering kali mengeras menjadi prasangka dogmatis.

Namun banyak juga orang yang salah kaprah menyikapi pengetahuan capaian lahiriah ini. Banyak orang yang dangkal ilmunya, seraya mengutip beberapa ungkapan yang mereka dengar dari guru-guru sufi, bercuap-cuap mencela dan menajiskan semua jenis pengetahuan. Ia tak ubahnya seseorang yang tak tahu kimia lalu berkoar : “kimia lebih baik daripada emas,” seraya menolak emas ketika ditawarkan kepadanya. Kimia memang lebih baik dari emas, tetapi alkemis sejati amatlah langka,begitupun sufi sejati.

Setiap orang yang mengkaji persoalan in akan melihat bahwa kebahagiaan sejati tak bisa dilepaskan dari makrifat, mengenal Tuhan. Tiap fakultas dalam diri manusia menyukai segala sesuatu yang untuk itu dia diciptakan. Syahwat senang memenuhi hasrat nafsu, kemarahan menyukai balas dendam, mata menyukai pemandangan indah, dan telinga senang mendengar suara-suara merdu. Jiwa manusia diciptakan dengan tujuan agar ia mencerap kebenaran. Karenanya, ia akan merasa senang dan tenang dalalm upaya tersebut. Bahkan dalam persoalan yang remeh sekalipun, seperti permainan catur, manusia merasakan kesenangan. Dan, semakin tinggi materi pengetahuan yang didapat, semakin besar rasa senangnya. Orang akan senang jika dipercaya menjadi perdana menteri, tetapi ia akan jauh senang jika semakin dekat kepada raja yang mungkin mengungkapkan berbagai rahasia kepadanya.

Seorang astronom yang dengan pengetahuannya bisa memetakan posisi bintang-bintang dan menguraikan lintasan-lintasannya, pasti merasa jauh lebih senang ketimbang pemain catur. Maka tentu saja hati ini akan merasa teramat bahagia saat mengetahui bahwa tak ada sesuatupun yang lebih tinggi dari Allah. Pengetahuan tentang Allah merupakan satu-satunya subyek pengetahuan tertinggi sehingga orang yang berhasil meraihnya pasti akan merasakan puncak kesenangan.

Orang yang tak menginginkan pengetahuan ini tak beda dengan orang yang tak menyukai makanan sehat; atau layaknya orang yang lebih suka lempung ketimbang roti. Ketika kematian datang dan membunuh semua organ tubuh yang bisa diperalat nafsu, semua dorongan dan hasrat badani musnah, tetapi jiwa manusia tidak. Ia akan tetap hidup dan menyimpan segala pengetahuannya tentang Tuhan, malah pengetahuannya semakin bertambah.

Satu bagian penting dari pengetahuan tentang Tuhan timbul dari kajian dan perenungan atas jasad manusia yang menampilkan kebijaksanaan, kekuasaan, serta cinta Penciptanya. Dengan kekuasaanNya, Dia membangun kerangka tubuh manusia yang luar biasa ini hanya dari setetes air mani. Kerumitan jasad kita dan kemampuan setiap bagiannya untuk bekerja secara harmonis menunjukkan kebijakanNya. CintaNya Dia perlihatkan dengan memberi organ tubuh yang mutlak diperlukan manusia, seperti hati, jantung, dan otak, dan juga organ yang tidak mutlak dibutuhkan, seperti tangan, kaki, lidah dan mata. Lalu Dia menyempurnakan ciptaanNya itu dengan menambahkan rambut yang hitam, bibir yang memerah, dan bulu mata yang melengkung.

Karena itu sangat pantas jika manusia disebut alam al shaghir [mikrokosmos]. Struktur jasadnya mesti dipelajari, bukan hanya oleh orang yang ingin menjadi dokter, melainkan juga oleh orang yang ingin mencapai pengetahuan lebih dalam tentang Tuhan, sebagaimana studi yang mendalam tentang keindahan dan gaya bahasa pada sebuah puisi yang indah akan mengungkapkan lebih banyak kegeniusan penulisnya.

Namun dibandingkan pengetahuan tentang jasad beserta fungsi-fungsinya, pengetahuan tentang jiwa lebih banyak berperan mengantar manusia pada pengetahuan tentang Tuhan. Jasad bisa diumpamakan seekor kuda sementara jiwa adalah penunggangnya. Jasad diciptakan untuk jiwa dan jiwa untuk jasad. Jika seseorang tidak mengetahui jiwanya, sesuatu yang paling dekat kepadanya, maka pengakuannya bahwa ia mengetahui hal-hal lain tidak berarti apa-apa. Ia tak ubahnya pengemis yang tak punya persediaan makanan, lalu mengaku bisa memberi makan seluruh penduduk kota.

Orang yang mengabaikan kebesaran jiwa manusia dan menodai kesuciannya dengan mengotori atau bahkan merusaknya, pasti akan kalah di dunia dan di akhirat. Kebesaran manusia yang sebenarnya terletak pada kemampuannya untuk terus maju dan berkembang. Tanpa kemampuan itu ia akan menjadi makhluk lainnya, takluk oleh rasa lapar, haus, panas, dingin, dan musnah oleh penderitaan. Sering kali apa yang disukai seseorang justru sangat membahayakan dirinya. Dan segala hal yang memajukannya tidak bisa diperoleh kecuali dengan kesusahan dan kerja keras. Intelektualitas manusia sesungguhnya sangat rapuh. Sedikit saja kekacauan dalam otaknya sudah cukup untuk merusak atau membuatnya gila. Dan fisiknya pun lebih lemah dibanding dengan hewan; bahkan sengatan tawon saja sudah mampu mengusik ketenangan dan kesehatannya. Tabiatnya bahkan lebih lemah lagi. Satu rupiah hilang dari kantongnya ia kelabakan dan gelisah tak keruan. Kecantikannya pun, berkat kulitnya yang lembut, hanya sedikit lebih baik daripada makhluk lainnya. Jika tidak sering dicuci, manusia akan tampak sangat menjijikkan dan memalukan.

Sebenarnya manusia merupakan makhluk yang teramat lemah dan hina di dunia ini. Kebernilaian dan keutamaannya hanya akan mewujud di negeri akhirat. Melalui pendisiplinan diri ia akan naik dari tingkatan hewan ke tingkatan malaikat. Karena itu, disertai kesadaran sebagai makhluk terbaik dan paling unggul, ia harus berusaha mengetahui ketakberdayaannya, karena pengetahuan itu menjadi salah satu kunci untuk membuka pengetahuan tentang Allah.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Thursday, September 20, 2007

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. [ QS Al Hadid : 20 ]

Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. [QS Yunus : 7-8]

Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). [QS An Naazi’aat : 37-41]

Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun. [QS An Nisaa : 77]



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

.

Menjernihkan Hati

Syekh Abdul Qadir Jaelani
Pengajian Jum’at pagi, 12 Dzi al Hijjah 545 H, Madinah


“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Al Baqarah : 201]

Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya hati ini benar-benar berkarat dan sesungguhnya [cara] menjernihkannya adalah [dengan] membaca Al Quran, mengingat mati dan menghadiri majelis-majelis zikir.”

Hati itu berkarat, jika memang si pemiliknya menyadari apa yang telah digambarkan oleh Nabi SAW di atas. Jika tidak, maka ia akan berubah hitam kelam. Ia menghitam karena jauh dari [pancaran] cahaya. Ia menghitam karena kecintaannya pada dunia dan kepemilikannya tanpa sikap wara’. Memang, barang siapa yang di dalam hatinya sudah bercokol kuat kecintaan pada dunia, maka hilanglah rasa wara’ nya. Ia menjadi sembarangan mengumpulkan duniawi dari yang halal dan haram. Kesadaran untuk memilah dalam mengumpulkan harta telah hilang, dan rasa malunya pada Tuhan-nya dan pengawasanNya telah lenyap.

Wahai manusia ! terimalah resep Nabi kalian dan segeralah menjernihkan hati kalian dengan obat yang telah beliau deskripsikan pada kalian. Jikalau salah seorang di antara kalian terserang sakit, lalu dokter memberinya resep obat padanya, tentu saja hidupnya akan berubah dan akan langsung menggunakannya.

Awasilah selalu Allah dalam kesendirian dan keramaianmu. Jadikanlah Ia pusat pandangmu hingga kalian seolah-olah melihatNya, dan jika kalian tidak bisa melihatNya, maka [ingatlah selalu] bahwasanya Dia Melihatmu. Barang siapa yang berzikir menyebut Allah ‘Azza wa Jalla dengan hatinya, maka ia benar-benar seorang pezikir, dan tidaklah disebut pezikir orang yang tidak berzikir menyebutNya dengan hatinya. Lisan [bibir] adalah pemuda hati dan subordinatnya. Senantiasalah menyimak petuah, sebab jika hati absen dari petuah, maka ia menjadi buta.

Hakikat taubat adalah mengagungkan perintah Al Haqq ‘Azza wa Jalla dalam segala kondisi. Sebagian kaum [shaleh] menuturkan “segala kebaikan [terangkum] dalam dua kata : pengagungan perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan cinta kasih pada makhlukNya. Setiap orang yang tidak mengagungkan perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan tidak menyayangi makhluk Allah, maka ia jauh dari Allah.” Allah mewahyukan pada Musa AS, “sayangilah [makhluk-Ku] hingga Aku menyayangimu, maka ia pun akan Ku sayangi dan akan Ku masukkan ke dalam surga Ku.” Sungguh beruntung orang yang penyayang [tetapi kalian, wahai manusia] umur kalian sia-sia dalam perilaku, “mereka makan, kami juga makan, mereka minum, kami juga minum, mereka berpakaian, kami juga berpakaian …”

Barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan, maka sebarkanlah nafsu dirinya dari [mengkonsumsi] hal-hal yang haram, syubhat dan syahwat. Juga hendaklah ia bersabar menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya, serta menyetujui takdirNya. Kaum shaleh senantiasa bersabar bersama Allah SWT dan tidak bersabar dariNya. Mereka bersabar demi Dia dan didalamNya. Mereka bersabar agar bisa bersamaNya. Mereka hanya memohon agar Dia berkenan menganugerahkan pada mereka kedekatan denganNya. Mereka keluar dari rumah-rumah hawa nafsu dan tabiat mereka serta senantiasa membawa syara’ bersamanya. Mereka berjalan menuju Tuhannya. Meskipun menemui petaka, kesusahan, penderitaan, musibah, mendung, masalah, lapar, dahaga, ketelanjangan, kenistaan dan kehinaan, mereka tetap tidak memperdulikannya dan tidak urung kembali [membatalkan] perjalanan mereka, serta tidak berubah sedikitpun dari lintasan yang mereka lalui. Mereka terus maju ke depan tanpa sedikit pun melambatkan perjalanan mereka. Mereka terus berbuat demikian hingga kekekalan hati dan qalib [fisik] bisa dicapainya.

Wahai manusia ! berusahalah bertemu dengan Al Haqq ‘Azza wa jalla dan malulah denganNya jika belum menemuiNya. Rasa malu orang Mukmin pada Allah SWT, kemudian pada makhluknya hanya terkait dengan masalah agama dan pelanggaran batasan syara’. Ia tidak boleh malu, apalagi minder dalam [menjalankan] agama Allah, menegakkan ketentuan-ketentuanNya dan melaksanakan perintahNya.

“Dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk [menjalankan] agama Allah.” [QS An Nur : 2]

Barang siapa yang benar-benar mengikuti Rasulullah SAW, maka beliau akan memakaikannya baju besi dan topi perang, menyerahkan beliau kepadanya, membekali kesantunan perilaku dan akhlak beliau, serta memakaikannya jubah kebesarannya. Beliau juga sangat senang dengannya sebagai sosok umatnya dan bersyukur pada Allah SWT atas hal tersebut. Beliau kemudian mengangkatnya sebagai deputinya dalam komunitas umatnya, serta pembimbing jalan menuju Al Haqq ‘Azza wa Jalla. Maka tatkala Al Haq ‘Azza wa Jalla menjemput ajalnya, maka Diapun mengangkat salah seorang umatnya untuk menggantikan [tugas]nya. Orang-orang inilah yang merupakan manusia-manusia pilihan, jumlahnya hanya 1 berbanding 1 juta jiwa. Mereka membimbing manusia dan bersabar menghadapai siksaan sambil terus memberi nasihat pada mereka. Mereka tersenyum di muka kaum munafik dan durjana, serta memikat mereka dengan segala upaya demi membersihkan kotoran yang ada dalam diri mereka untuk kemudian menggandeng mereka menuju pintu Tuhan mereka ‘Azza wa Jalla.

Diriwayatkan dari beberapa kaum shaleh, “Tidak tertawa di depan muka orang fasik kecuali orang yang arif.” Ia tertawa di depan si fasik dan memperlihatkan kepadanya bahwa ia memang tidak mengenalnya, namun ia mengetahui kebobrokan rumah agamanya dan kehitaman muka hatinya oleh gumpalan daki dan kotoran. Orang yang fasik dan munafik menyangka bahwa keduanya bisa menyembunyikan perkara mereka dari orang arif dan ia pun tidak mengetahui mereka. Sungguh tidak, sekali lagi tidak ada kemuliaan sedikitpun pada mereka. Mereka tidak dapat bersembunyi dari orang arif, karena ia mengetahui mereka hanya dengan lirikan, tatapan, kata dan gerakannya. Ia bisa melihat lahir dan batin mereka. Tidak diragukan lagi, celakalah bagi kalian. Kalian pikir, kalian bisa menyembunyikan kebusukan kalian dari kaum shidiqqin yang arif dan alim ? sampai kapan kalian akan mensia-siakan usia dalam kehampaan ? carilah orang yang dapat membimbingmu menuju jalan akherat, hai orang yang tersesat !

Allah Maha Besar di atas kalian, hai orang-orang yang mati hati dan musyrik dengan sarana-sarana duniawi ! kalian juga, hai para penyembah berhala ! kekuatan dan daya mereka, pekerjaan, modal, penguasa negeri dan arah-arah yang mereka tuju, sesungguhnya mereka terhijab dari Allah SWT. Setiap orang yang memandang kemudaratan dan kemanfaat berasal dari selain Allah SWT, maka ia bukanlah hambaNya, akan tetapi ia adalah hamba yang memandang hal itu [kemudaratan dan kemanfaatan] sebagai berasal darinya. Hari ini [di dunia], mereka telah berada dalam api Neraka Jahanam. Tidak ada orang yang bisa selamat dari Neraka Allah ‘Azza wa Jalla kecuali orang-orang yang bertakwa, mengesakan ikhlas, dan orang-orang yang bertaubat.

Bertaubatlah dengan hatimu, baru kemudian dengan lisanmu. Taubat merupakan inti perubahan, yang merubah kuasa hawa nafsu, setan dan kolega-kolegamu yang buruk. Jika engkau bertaubat, maka ubahlah fungsi pendengaran, penglihatan, lisan, hati dan seluruh anggota tubuhmu. Murnikanlah makanan dan minumanmu dari kotoran haram dan syubhat. Suburkanlah rasa wara’mu dalam pekerjaan, dan jual belimu. Jadikanlah citamu hanya tertuju pada Al Mawla junjunganmu ‘Azza wa Jalla. Hapuslah kebiasaanmu dan gantikan tempatnya dengan beribadah. Hapuskanlah kemaksiatan dan gantikan ia dengan ketaatan. Lalu carilah hakikat dengan tetap memegang keshahihan syariat dan kesaksiannya, sebab setiap hakikat yang tidak dipersaksikan oleh syariat, maka ia adalah ke-zindiq-an.

Jika instruksi ini telah engkau realisasikan, maka akan datang padamu kefanaan dari akhlak yang tercela dan dari memandang seluruh makhluk. Ketika itulah, lahirmu akan terpelihara dan batinmu sibuk dengan Tuhanmu ‘Azza wa Jalla. Jika hal ini telah mewujud sempurna dalam dirimu, maka dunia akan datang di hadapanmu dengan sisi-sisinya, lalu menempatkanmu sebagai bagiannya, dan seluruh makhluk mengikutimu, dari yang pertama hingga yang akhir. Semua itu tidak akan mudarat bagimu serta tidak akan mengubahmu dari pintu Al Mawla Junjunganmu ‘Azza wa Jalla, sebab engkau telah berdiri bersamaNya, menerimaNya, dan asyik tenggelam denganNya, memandang kebesaran dan keindahanNya. Engkau hancur tercerai-berai, ketika memandang kebesaranNya, lalu engkau menyatu kembali, ketika memandang keindahanNya. Engkau takut ketika menatap kebesaranNya, serta berharap ketika menatap keindahanNya. Bergetar ketika menyaksikan kebesaranNya, dan kokoh ketika menyaksikan keindahanNya. Sungguh bahagia orang yang telah mencicipi makanan ini.

Ya Allah berilah kami makan dari makanan kedekatan-Mu dan minumilah kami dengan minuman kemesraan-Mu.

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Al Baqarah : 201]


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Tuesday, September 4, 2007

Syair Rabi'ah Al Adawiyah

Syair ke-1 s/d ke-9

1
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cintaMu
Hingga tak ada sesuatupun yang menggangguku dalam jumpaMu
Tuhanku, bintang-gemintang berkelap-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu-pintu istana pun telah rapat tertutup
Tuhanku, demikian malampun berlalu
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku Kau Terima
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau Tolak, hingga aku dihimpit duka,
Demi kemahakuasaan-Mua
Inilah yang akan selalu ku lakukan
Selama Kau Beri aku kehidupan
Demi kemanusiaan-Mu,
Andai Kau Usir aku dari pintuMu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku padaMu sepenuh kalbu

2
Ya Allah, apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di dunia ini,
Berikanlah kepada musuh-musuhMu
Dan apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di akhirat nanti,
Berikanlah kepada sahabat-sahabatMu
Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku

3
Aku mengabdi kepada Tuhan
Bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku padaNya
Ya Allah, jika aku menyembahMu
Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembahMu
Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembahMu
Demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu
Yang abadi padaku


4
Ya Allah
Semua jerih payahku
Dan semua hasratku di antara segala
Kesenangan-kesenangan
Di dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau
Dan di akhirat nanti, diantara segala kesenangan
Adalah untuk berjumpa denganMu
Begitu halnya dengan diriku
Seperti yang telah Kau katakana
Kini, perbuatlah seperti yang Engkau Kehendaki

5
Aku mencintaiMu dengan dua cinta
Cinta karena diriku dan cinta karena diriMu
Cinta karena diriku, adalah keadaan senantiasa mengingatMu
Cinta karena diriMu, adalah keadaanMu mengungkapkan tabir
Hingga Engkau ku lihat
Baik untuk ini maupun untuk itu
Pujian bukanlah bagiku
BagiMu pujian untuk semua itu

6
Buah hatiku, hanya Engkau yang kukasihi
Beri ampunlah pembuat dosa yang datang kehadiratMu
Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku
Hatiku telah enggan mencintai selain dari Engkau

7
Hatiku tenteram dan damai jika aku diam sendiri
Ketika Kekasih bersamaku
CintaNya padaku tak pernah terbagi
Dan dengan benda yang fana selalu mengujiku
Kapan dapat kurenungi keindahanNya
Dia akan menjadi mihrabku
Dan rahasiaNya menjadi kiblatku
Bila aku mati karena cinta, sebelum terpuaskan
Akan tersiksa dan lukalah aku di dunia ini
O, penawar jiwaku
Hatiku adalah santapan yang tersaji bagi mauMu
Barulah jiwaku pulih jika telah bersatu dengan Mu
O, sukacita dan nyawaku, semoga kekallah
Jiwaku, Kaulah sumber hidupku
Dan dariMu jua birahiku berasal
Dari semua benda fana di dunia ini
Dariku telah tercerah
Hasratku adalah bersatu denganMu
Melabuhkan rindu

8
Sendiri daku bersama Cintaku
Waktu rahasia yang lebih lembut dari udara petang
Lintas dan penglihatan batin
Melimpahkan karunia atas doaku
Memahkotaiku, hingga enyahlah yang lain, sirna
Antara takjub atas keindahan dan keagunganNya
Dalam semerbak tiada tara
Aku berdiri dalam asyik-masyuk yang bisu
Ku saksikan yang datang dan pergi dalam kalbu
Lihat, dalam wajahNya
Tercampur segenap pesona dan karunia
Seluruh keindahan menyatu
Dalam wajahNya yang sempurna
Lihat Dia, yang akan berkata
“Tiada Tuhan selain Dia, dan Dialah Yang maha Mulia.”


9
Rasa riangku, rinduku, lindunganku,
Teman, penolong dan tujuanku,
Kaulah karibku, dan rindu padaMu
Meneguhkan daku
Apa bukan padaMu aku ini merindu
O, nyawa dan sahabatku
Aku remuk di rongga bumi ini
Telah banyak karunia Kau berikan
Telah banyak..
Namun tak ku butuh pahala
Pemberian ataupun pertolongan
CintaMu semata meliput
Rindu dan bahagiaku
Ia mengalir di mata kalbuku yang dahaga
Adapun di sisiMu aku telah tiada
Kau bikin dada kerontang ini meluas hijau
Kau adalah rasa riangku
Kau tegak dalam diriku
Jika akku telah memenuhiMu
O, rindu hatiku, aku pun bahagia


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Haji

Kanjeng Sunan Maulana Maghribi
Suluk Wujil

Samana ngling Molana Maghribi
Singgih pakanira awangsul
Nora ing Mekah rekeh
Ing Mekah kulon iku
Mekah tiron wastanireki
Watu ingkang kinarya
Pangadhepan iku
Nabi Ibrahim akarya
Nusa Jawa yen tuwan tingala kapir

Lan tuwan awangsul
Nora ana weruh ing Mekah iki
Alit mila teka ing awayah
Mang tekaa parane
Yen ana sangunipun
Tekeng Mekah tur dadi wali
Sangunipun alarang
Dahat dening ewuh
Dudu srepi dudu dinar
Sangunipun kang sura lagaweng pati
Sabar lila ing donya


Artinya :
Maulana Maghribi berkata demikian,
“Baiklah engaku kembali,
yang engkau cari tidak ada di Mekah,
Mekah yang terletak di barat [nusa jawa] itu,
Mekah tiruan namanya,
Batu yang dibuat,
sebagai tempat menghadap,
adalah buatan Nabi Ibrahim,
jika nusa jawa engkau tinggalkan,akan menjadi kafir.

Tak ada orang yang tahu,
Dimana Mekah yang sebenarnya,
Meski ia harus berjalan,
Dari kecil hingga tua,
Tak akan mencapai tujuan,
Jika ada bekalnya,
Sampai di Mekah dan menjadi wali,
Maka bekalnya sangat mahal,
Sukar diperoleh,
Bukan rupiah maupun dinar bekal tersebut,
Tapi keberanian, kesanggupan mati,
Dan sabar serta ikhlas di dunia.”


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License



Serat Nitisruni

Pupuh Dhandhanggula, 11-14
Kanjeng Syekh Siti Jenar & Kanjeng Sunan Kalijogo

Surasanya kang pinurweng ruwi
Kang minangka lenggahuing pandhita
Yen sampun leres rarase
Nulusa raosipun
Jroning nala tanpa ling-aling
Dening sampun waspada
Dununging panebut
Atanapi kang sinembah
Dadi gambuh ngambuh ing kaanan jati
Jati mulyeng kasidan
Rarasing kang mangkana sayekti
Tan kabuki neng manahing janma
Kang tanpa pangawikane
Muwah kang mudha punggung
Bodho bundhu datanpa budi
Marmanira kumedah
Tyas kalaten atul
Met tuladha puruhita
Maring para pandhita putusing jati
Jatining kanindhitan
Kartaning tyas yen wus tekeng jati
Pan wus sirna reregeding angga
Ruwat sagung mamalane
Kadi sarira ayu
Kang mangkana yeka manawi
Trus prapteng jero jaba
Babarane jumbuh
Ning wening tan kawoworan
Ing satemah pan wus keni den wastani
Syuh sirna manungsanya
Tatelane kang mangkono yekti
Wus tan ana Gusti lan kawula
Saking wus sirna rasane
Dene ta kang tan weruh
Ing pangawruh kang wus jinarwi
Ta kena cinarita
Caraning tumuwuh
Wit wus kebak mesi wisa
Mung duraka kewala kang den raketi
Beda kang wus sentosa

Artinya :
Maksud ajaran yang permulaan
Mengenai kedudukan pendeta
Bilamana sudah benar sesuai [penempatannya]
Jujurnya perasaan
Di dalam hati tiada akhir
Karena sudah waspada
Kedudukannya yang menyembah
Dan yang disembah
Menjadi biasa dalam keberadaan sejati
Menjadi mulia yang sebenarnya
Selarasnya yang demikian itu sebenarnya
Tidak terbuka dalam hati manusia
Yang tanpa pengetahuan
Dan yang masih bodoh
Sungguh bodoh pemikirannya
Oleh karena itu haruslah
Hati terus berusaha
Mengambil teladan guru
Kepada para pendeta yang mahir
Sebagai kemuliaan sejati
Maksud rasa hati yang sudah sampai
Pada kebenaran
Kotoran diri yang sudah sirna
Mencegah segala yang tidak baik
Bagaikan tubuh yang cantik
Yang demikian itu bilamana
Sudah sampai luar dalam
Akhirnya selaras
Bersih tak bercampur
Dalam suasana yang indah yang disebut
Benar-benar sirna sifat manusiawinya
Jelas sekali sebenarnya yang demikian itu
Sudah tak ada gusti dan hamba
Karena sudah sirna rasanya
Sedangkan bagi yang tidak tahu
Pengetahuan yang diuraikan
Tak dapat diceritakan
Bagaimana cara hidupnya
Sudah penuh bisa
Hanya kedurhakaan yang dilakukan
Lain halnya bagi yang sudah kokoh budinya.



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Tawakal

Menurut Al Quran, seruan kepada manusia untuk bertawakal kepada Allah SWT dikaitkan dengan berbagai nilai keagamaan dan kehidupan adalah :

1. Tawakal dikaitkan dengan sikap keimanan kepada Allah SWT [QS Al Maidah (5): 23] dan sikap pasrah kepadaNya [QS Yunus (10) : 84];

2. Tawakal kepada Allah SWT diperlukan setiap kali sehabis mengambil keputusan penting [khususnya keputusan yang menyangkut orang banyak melalui musyawarah], guna memperoleh keteguhan hati dan ketabahan dalam melaksanakannya, serta tidak mudah mengubah keputusan itu [QS Ali Imran (3) : 159 ];

3. Tawakal juga dilakukan agar keteguhan jiwa menghadapi lawan dan agar perhatian kepada usaha untuk menegakkan kebenaran tidak terpecah karena adanya lawan itu, dengan keyakinan bahwa Tuhanlah yang akan melindungi dan menjaga kita [QS An Nisa’ (4) : 81];

4. Tawakal juga diperlukan untuk mendukung perdamaian antara sesama manusia, terutama jika perdamaian itu juga dikehendaki oleh mereka yang memusuhi kita [QS Al Anfal (8) : 61];

5. Sikap mempercayakan diri kepada Tuhan juga merupakan konsistensi keyakinan bahwa segala sesuatu akan kembali kepadaNya dan bahwa kita harus menyembah Dia Yang Maha Esa itu saja [QS Hud (11) : 123];

6. Tawakal kepada Allah SWT juga dilakukan karena Dialah Yang Maha Hidup dan tidak akan mati. Dialah Realitas Mutlak dan Maha Suci, yang senantiasa memperhitungkan perbuatan hamba-hambaNya [QS Al Furqan (25) : 58];

7. Kita bertawakal kepada Allah SWT karena Dialah Yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana. Dengan tawakal kita menghapus kekhawatiran kepada Pencipta kita sendiri dengan segala kemuliaan dan kebijaksanaanNya [QS As Syu’ara (26) : 217];

8. Tawakal diperlukan untuk meneguhkan hati jika memang seseorang yakin, dengan tulus dan ikhlas, bahwa dia berada dalam kebenaran [QS Al Naml (27) : 79].

Semua nilai tersebut di atas memiliki kesamaan semangat, yaitu semangat harapan kepada Allah SWT, maka jika takwa melandasi kesadaran berbuat baik demi ridhaNya, tawakal menyediakan sumber kekuatan jiwa dan keteguhan hati menempuh hidup yang penuh tantangan dan tidak seluruhnya dapat dipahami ini, terutama dalam perjuangan memperoleh ridhaNya.

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License



Jenis-Jenis Hati

Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dari Hasan, Rasulullah SAW bersabda :
“hati itu terdiri dari empat macam. Yaitu hati yang bersih di dalamnya seperti pelita yang terang benderang; hati yang tertutup yang terikat pada tutupnya; hatiyang terbalik; dan hati yang berlapis. Hati yang bersih adalah hati milik orang mukmin. Pelitanya adalah cahaya yang ada di dalamnya. Hati yang tertutup adalah hati orang kafir. Hati yang terbalik adalah hati orang yang munafik, ia tahu kemudian ingkar. Sedangkan hati yang berlapis adalah hati yang di dalamnya terdapat iman dan kemunafikan. Iman yang terdapat dalam hati tersebut bagaikan sayur yang memperoleh siraman air yang segar. Sedangkan kemunafikan yang ada di dalamnya bagai bisul yang penuh dengan nanah dan darah. Yang mana di antara dua yang dapat mengalahkan yang lain, maka itulah pemenangnya.”


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Keinginan Berlebih-lebihan Dapat Membutakan Mata Hati

Bagaimana mungkin hati dapat memancarkan cahaya, sedangkan di dalamnya terlukis gambaran duniawi. Atau, bagaimana mungkin hati dapat menuju Allah kalau ia masih terikat oleh syahwat [keinginan]. Bagaimana hati akan mempunyai keinginan yang kuat agar masuk kepada kehadirat Allah, padahal hatinya belum suci dari ‘janabah’ kelalaiannya. Atau, bagaimana bisa berharap agar mengerti rahasia-rahasia yang halus, padahal ia belum bertaubat untuk menebus kesalahannya. [Syekh Ibnu Atho’illah]



Orang yang beriman tentu menginginkan hatinya dapat memancarkan cahaya untuk mengenal Allah dengan penglihatan indra keenam. Namun hal itu tidak akan dapat dirasakannya jika di dalam hati masih ada goresan-goresan gambaran keadaan dunia. Liku-liku kehidupan yang hanya semu. Goresan-goresan tentang liku-liku kehidupan yang masih menempel di dalam hati bisa menyebabkan kegelapan kalbu. Jika hati menjadi gelap, tidak mungkin dapat memancarkan cahaya. Sinar keimanan tidak dapat menembusnya. Indra keenam menjadi tumpul.

Agar hati dan indra keenam dapat bercahaya, dan dapat mengenal keajaiban-keajaiban Allah, yang harus diperhatikan adalah hendaknya goresan tentang dunia yang dipandang oleh mata yang kemudian menempel di dalam hati haruslah disingkirkan. Hal itu merupakan belenggu nafsu. Selama nafsu membelenggu hati, maka jangan diharapkan dapat sampai kepada Allah. Jangan berharap dapat melihat keajaiban-keajaiban. Di dalam Al Quran diterangkan, “Dan adapun orang-orang yang takut terhadap kebesaran Tuhannya dan mau menahan hawa nafsu dari keinginannya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” [QS An Naziat : 40-41]

Selain itu, hendaklah kita membersihkan jiwa dari kesalahan-kesalahan, baik kesalahan terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia. Orang yang mempunyai kesalahan diibaratkan ia sedang menanggung janabah [junub], yaitu hadas besar yang terlebih dahulu ia harus mandi. Adapun ‘mandi’ dari kesalahan adalah bertaubat.

Orang yang mengharapkan ilmu dari Allah, yang mana dengan ilmu itu dapat menyingkap segala yang gaib, haruslah bertaubat dan bertakwa. Orang yang bertakwa tidak mungkin melakukan perbuatan buruk dan rendah. Karena takwa dan perbuatan buruk [maksiat] merupakan dua hal yang bertolak belakang. Mustahil dua hal itu dapat bertemu.

Oleh karena itu, janganlah kita menuruti keinginan-keinginan yang melantur tinggi selangit. Keinginan itu bermuara pada penguasaan harta benda, kenikmatan dan jabatan duniawi. Jika kita mengumbar keinginan yang nilainya rendah tersebut, maka tak mungkin dapat menajamkan mata hati. Jangan berharap dapat menggunakan indra keenam untuk menyingkap perkara gaib.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Monday, September 3, 2007

Kisah Seorang Sultan & Seorang Syekh

Suatu hari Sultan Mahmud dari Kerajaan Ghazna di Asia Tengah pergi mengunjungi Syekh Abdul Hasan yang terkenal di Samarkand. Saat utusan Sultan menyampaikan pesan dari
Sultan kepada Syekh untuk keluar menemui sultan, Syekh Abdul Hasan menjawab, "Saya menyesal tidak dapat menemui raja di bumi, karena sangat terpikat melaksanakan perintah Maha Raja Yang Agung yang bertahta di atas langit."

Mendengar laporan utusannya, Sultan berkata, "Berarti kita yang harus menghadapnya."
Sultan datang sendiri ke tempat Syekh dan segera memberi salam kepadanya. Syekh menjawab salam Sultan tapi tidak menoleh atau berkata apapun, tetap diam dalam duduknya. Sultan pun kemudian berkata, "Berilah aku beberapa nasehat."

Syekh berkata, "Bebaskan dirimu dari minuman yang memabukkan, perbanyak shalat di masjid, jadilah dermawan dan sayangilah rakyatmu."
Kemudian Sultan memohon untuk dido'akan. Sultan meletakkan pundi-pundi uang di depan Syekh, tetapi Syekh hanya memberinya sepotong roti gandum yang kasar.

Sultan pun memakannya, tetapi susah ditelan karena kasar dan kering. Syekh segera berkata, "Roti telah menyumbat tenggorokanmu sebagaimana uang yang engkau berikan, akan menyumbat tenggorokanku. Ambil kembali uang ini dan bagikan kepada rakyatmu."


Bagi seorang hamba yang selalu ingin dekat dengan Allah SWT dan hanya mengharapkan kehidupan abadi di akhirat, maka harta dunia hanyalah minuman yang memabukkan yang tidak berarti apa-apa selain menjerumuskan. Berhati-hatilah terhadap harta.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

.

Kalut Karena Perkara Gaib

Suatu ketika Hasan Bashri datang ke rumah Rabi'ah Al Adawiyyah, menanyakan kesediaannya untuk dijadikan istri. Dalam cerita lain disebutkan bahwa di sana juga hadir Malik bin Dinar dan Tsabit bin Al Banani.

Diajukanlah empat pertanyaan oleh Rabi'ah yang harus dijawab sebagai syarat kesediaannya.

Pertama, "Menurut Tuan, kalau aku meninggal dunia, kematianku membawa ketetapan iman atau tidak ?."
Hasan Bashri menjawab, "Maaf, hal itu termasuk masalah gaib dan tiada yang tahu pasti selain Allah SWT."

Kedua, "Menurut Tuan, kalau aku disemayamkan dalam kubur lalu malaikan Munkar-Nakir menanyaiku, aku mampu menjawabnya atau tidak ?."
Hasan Bashri menjawab, "Maaf, itu juga termasuk masalah gaib."

Ketiga, "Pada saat manusia dihimpun di hari kiamat, aku termasuk yang akan menerima kitab amal dengan tangan kanan atau kiri ?."
Hasan Bashri menjawab, "Maaf, itu juga masalah gaib."

Keempat, "Menurut Tuan, aku termasuk golongan mana saat dipanggil, ahli surga atau ahli neraka ?."
Hasan Bashri menjawab, "Maaf, itu juga masalah gaib, hanya Allah SWT yang tahu."

Selanjutnya Rabi'ah Al Adawiyyah berkata, "Bagi orang yang masih kalut memikirkan empat perkara ini, bagaimana ada kesempatan berumah tangga ?."
Kemudian ia bertanya, "Ya Tuan Hasan, berapa bagiankah Allah menjadikan akal ?."
"Sepuluh, dengan rincian sembilan bagi pria dan satu bagi wanita," jawab Hasan Bashri.
"Lalu berapa bagian Allah menjadikan syahwat [nafsu] ?," tanya Rabi'ah kembali.
"Sepuluh juga, sembilan untuk wanita dan satu untuk pria," jawab Hasan Bashri.

Rabi'ah kemudian berkata,"Ya Tuan, kalau aku hanya dengan satu bagian akal saja mampu mengekang syahwat, tetapi Anda dengan sembilan bagian akal kenapa tidak mampu ?."
Mendengar ini, menangislah Hasan Bashri dan segera memohon ijin untuk pamit.

Hikmah cerita di atas :
Hawa nafsu selalu menghalangi manusia untuk taat kepada Allah SWT. Persiapkan diri untuk bisa memenangkan perang besar yaitu perang melawan hawa nafsu. Segera mohon ampun kepada Allah SWT jika lalai dan khilaf.

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Monday, July 30, 2007

Ajaran Shalat

Suluk Wujil bait 12-13
oleh Kanjeng Sunan Bonang




Utamaning sarira puniki
Angawruhana jatining shalat
Sembah lawan pamujine
Jatining shalat iku
Dudu ngisa tuwin magerib
Sembahyang araneka
Wenange punika
Lamun arana shalat
Pun minangka kekembanging shalat dhaim
Ingaran tata krama
Endi ingaran sembah sejati
Aja nembah yen tan katingalan
Temahe kasor kulane
Yen sira nora weruh
Kang sinembah ing donya iki
Kadi anulup kaga
Punglune den sawur
Manuke mangsa kenaa
Awekasa amangeran adan sarpin
Sembahe sia-sia


Unggulnya diri itu
Mengetahui hakikat shalat
Sembah dan pujian
Shalat yang sebenarnya itu
Bukan mengerjakan shalat Isya' dan Magrib
Itu namanya sembahyang
Apabila itu disebut shalat
Maka hanyalah hiasan dari shalat dhaim
Hanyalah tata krama
Manakahyang disebut shalat yang sesungguhnya itu ?
Janganlah menyembah
Jikalau tak mengetahui siapa yang disembah
Akibatnya dikalahkan oleh martabat hidupmu
Jika di dunia ini
Engkau tidak mengetahui siapa yang disembah
Maka engkau seperti menyumpit burung
Pelurunya hanya disebarkan
Tapi burungnya tak ada yang terkena tembakan
Akibatnya cuma menyembah ketiadaan
Suatu sesembahan yang sia-sia


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Sunday, July 29, 2007




Don’t let someone become a priority in your life
When you are just an option in their life
Relationship best work when they are balanced.

Thursday, July 19, 2007

Nuansa Tanpa Nama

oleh FK Yuwono




Bila sejati diri merasa
Ada rasa cinta tanpa nama
Ada rasa sayang tanpa nama
Ada rasa memiliki lebih dari lazimnya
Gemuruh rindu tanpa tepi
Bergulung-gulung di dalam diri
Tak berpendar ke luar diri
Pertemuan antara sejati diri
Jumpa tanpa kenal sebelumnya
Dalam mahabbahNya tak berbilang
TanganNya bekerja


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Wednesday, July 18, 2007

Sebagian dari Terjemahan Kitab Kunh Maa Laa Budda Minhu Li Al-Murid

Karya Syekh Al Muhyiddin Ibn 'Arabi
Bagian "Mencari Keselamatan"

Dunia ini adalah tempat persiapan. Di dalamnya kita diberi banyak pelajaran dan melewati banyak ujian. Pilihlah sedikit atas yang banyak. Puaslah dengan apa yang kamu miliki, sekalipun itu lebih sedikit dari apa yang dimiliki orang lain. Sebetulnya, lebih baik memiliki sedikit.

Dunia ini tidaklah buruk, sebaliknya ia merupakan ladang akhirat. Apa yang kamu tanam disini akan kamu panen di sana. Dunia ini jalan menuju berkah yang abadi dan karena itu ia baik, layak didampa dan dipuji. Yang buruk adalah memperlakukan dunia sehingga kamu menjadi buta pada kebenaran dan dikuasai sepenuhnya oleh hasrat, keinginan dan ambisimu kepadanya. Nabi SAW sang sumber kearifan, pernah ditanya, "Apakah keduniawian itu ? " Dia menjawab, "Apa pun yang membuatmu lengah dan menyebabkanmu lupa kepada Tuhanmu."

Karena itu, benda-benda dunia itu sendiri tidaklah berbahaya. Ia berbahaya hanya ketika kamu biarkan ia membuatmu lupa, tidak taat, dan tidak sadar pada Tuhan yang menyediakan benda-benda dunia ini kepadamu. Perasaan, hubungan, dan kesukaanmu terhadap dunia yang melampaui Sang Maha Esa yang telah memberikan dunia itu kepadamu, membuatmu tidak acuh dan menyebabkanmu menghancurkan hubunganmu dengan kebenaran ilahiah.

Rasulullah SAW bersabda,"Siapapun yang lebih menyukai dunia daripada akhirat menanggung derita tiga hal : beban tak tertahankan yang tidak pernah diringankan, keadaan miskin yang tidak pernah menjadi lebih kaya, dan ambisi, rasa lapar, yang tidak pernah terpuaskan."

Karena itu orang yang mengharapkan dunia ini semata terikat untuk menanggung pelbagai kepedihan dan kesulitannya, berusaha memecahkan masalah-masalahny aoleh dirinya sendiri, tergantung sepenuhnya kepadanya bagaikan seorang pengemis, berusaha memperoleh berbagai kebutuhan jasmaniah dan hawa nafsu darinya. Jasmani itu, hawa nafsu yang memiliki selera tanpa kenal kenyang dan ambisi tanpa ujung itu, senantiasa kurang, selalu lapar, tak pernah terpuaskan. Itulah balasan dunia bagi mereka yang menjadikan dunia sebagai tuhannya, yang melupakan Tuhan semesta alam.

Ini tidak berarti bahwa kamu harus menghindari dunia, tidak melakukan kewajiban-kewajibanmu di dalamnya atau berpartisipasi dalam urusan-urusannya, dengan menyendiri ke sebuah sudut, tidak membuat usaha apapun, tidak melakukan pekerjaan sama sekali. Rasulullah SAW bersabda,"Allah senang melihat orang beriman bekerja menurut profesinya," "Allah betul-betul menyukai orang-orang yang memiliki keahlian," "Orang yang berusaha memenuhi kebutuhannya secara halal dicintai Allah."
Ucapan-ucapan ini berarti bahwa kasih sayang Allah meliputi semua orang yang bekerja keras dalam suatu keahlian atau urusan di dunia ini. Karena alasan inilah semua nabi bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Diriwayatkan bahwa Umar r.a. pada suatu hari bertemu sekelompok orang yang duduk-duduk berkerumun, berleha-leha, dan tidak melakukan apa-apa. Dia menanyai mereka, siapa mereka sebenarnya. "Kami adalah orang yang menyerahkan segala urusannya di kedua tangan Allah, dan kami beriman kepadaNya," jawab mereka.
"Sungguh, kamu tidak demikian !," bentak Umar marah. "Kamu hanyalah beban bagi orang lain, parasit di atas usaha-usaha orang lain! karena, orang yang betul-betul beriman kepada Allah pertama-tama menanam benih di perut bumi ini, kemudian berharap, memperkirakan dan menyerahkan urusan-urusannya di tangan Sang Maha Pemberi rejeki !."

Sebagian mutakalim sejati cenderung menyatakan kerja, dalam berbagai profesi, keahlian dan bisnis yang halal menurut syariat, sebagai syarat iman. Mereka menyatakan bahwa keyakinan iman ditentukan oleh pelaksanaan kewajiban-kewajiban agama, dan salah satunya adalah kerja. Mereka mendasarkan kesimpulan ini pada ayat :
"Dan ketika shalat selesai, saat itu kamu semua bisa menyebar di seluruh bumi, dan mencari keutamaan Allah, dan banyaklah berzikir kepada Allah agar kamu berhasil" [QS Jum'ah [62] : 10].
Jadi, meninggalkan keduniawian dan dunia bukan berarti tidak melakukan kewajiban-kewajibanmu di dalamnya.

Barangkali apa yang dimaksud dengan menjadi duniawi adalah menyerahkan dirimu semata-mata untuk mengumpulkan keuntungan-keuntungan dunia. Pribadi duniawi sama dengan apa yang telah dia kumpulkan dan bangga atasnya. Dengan penuh ambisi, dia mencurahkan dirinya untuk menumpuk barang-barang dunia ini tanpa sedikitpun mempertimbangkan apakah halal atau haram, haknya atau hak orang lain. Lebih buruk lagi, tidak melihat kesalahan apapun dalam semua ini, berpikir bahwa ia merupakan jalan yang benar, satu-satunya jalan.

Ketika cinta dunia memenuhi seluruh hatimu, ia tidak menyisakan ruang sama sekali untuk mengingat Allah. Dengan melupakan akhirat, kamu lebih menyukai dunia fana ini.

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License