Thursday, December 27, 2007

Al Washaya

Abu Abdullah Al Harits Ibn Asad Al Anazi Al Muhasibi [ 781 M – 857 M ]

LURUS

Barang siapa meluruskan batinnya melalui muqarabah dan ikhlas,
Allah akan Menghiasi lahiriahnya dengan mujahadah dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW


DUNIA & AKHIRAT

Manusia yang baik adalah mereka yang tidak terpengaruh akhiratnya oleh dunianya,
Dan tidak pula meninggalkan dunianya sama sekali karena akhiratnya


LIDAH

Janganlah lengah soal lidah, sebab ia bagaikan seekor hewan buas berbahaya yang mangsa pertamanya adalah pemiliknya sendiri
Tutuplah pintu omonganmu sekuat-kuatnya
Jangan membukanya, kecuali jika harus membukanya
Jika engkau membukanya, maka hati-hatilah
Penuhi kebutuhanmu untuk berbicara sekadarnya saja



MENDEKAT & MENJAUH

Hati-hatilah terhadap orang yang mendekatimu atau yang engkau dekati
Sebab orang-orang yang menjauhimu atau orang yang engkau jauhi pasti akan selamat dari dirimu dan engkaupun akan selama dari diri mereka


EVALUASI

Lihatlah sudut-sudut hati kecilmu dengan pandangan mata yang tajam dan pengamatan yang cermat. Jika engkau mendapati sesuatu yang terpuji, maka terpujilah Allah dan teruslah berlalu. Akan tetapi, jika engkau melihat sesuatu yang menjengkelkan, maka ikutilah dengan evaluasi dan pemeriksaan yang baik terhadapnya


WASPADA

Tanda-tanda kewaspadaan yang paling nyata adalah rasa sedih dan duka, serta persiapan yang baik untuk kesedihan dan kedukaan itu
Sedangkan tanda-tanda kelengahan yang paling nyata adalah sikap riang dan angkuh karena keduanya melupakan dan melalaikan kewaspadaan
Meninggalkan kewaspadaan berarti pula meninggalkan persiapan untuk sesuatu setelah kematian


DOSA

Meremehkan dosa kecil adalah pangkal bagi dosa besar
Awalnya adalah kehati-hatian
Kemudian menjadi ketidaksengajaan, kemudian menjadi dosa kecil, dan akhirnya menjadi dosa besar



PUJI

Tidak mungkin seseorang yang senang dipuji karena sesuatu yang belum pernah ia kerjakan
Tidak suka dipuji karena amal yang pernah ia kerjakan, kecuali ia menyukai keduanya


HARAP & SYUKUR

Berharaplah kepadaNya seperti berharapnya orang yang membenarkan janjiNya dan menganggap nyata balasan pahalaNya
Bersyukurlah kepadaNya seperti syukurnya orang yang telah menerima kebaikan-kebaikanNya, telah memperbaiki amal kepadaNya, menghampiriNya, dan memberiNya penghormatan



IBADAH

Landasan ibadah itu kerendahan hati
Sementara kerendahan hati itu takwa
Landasan takwa itu introspeksi
Sedangkan landasan introspeksi itu rasa takut dan berharap
Rasa takut dan berharap muncul dari pemahaman terhadap janji dan ancaman Allah
Pemahaman terhadap janji dan ancaman Allah muncul karena ingat balasan Allah
Dan, ingat balasan Allah itu muncul dari penalaran dan perenungan



MAWAS DIRI

Tanda muraqaabah [mawas diri] adalah memilih apa yang dipilih oleh Allah, menganggap besar apa yang dipandang besar olehNya, dan menganggap remeh apa yang dipandangNya remeh


ZUHUD

Siapa menginginkan sikap zuhud, hendaklah ia menganggap sedikit sesuatu yang dianggap banyak oleh orang lain, menganggap banyak dunianya yang sedikit, menganggap kecil bencana besar yang menimpa dirinya, dan menganggap besar sesuatu yang dianggap kecil oleh orang lain


SABAR

Sabar itu ada tiga macam :
Sabarnya orang yang berjuang untuk bersabar [mutashabbir],
Sabarnya orang yang sabar [shabir], dan
Sabarnya orang yang sangat sabar [shabbar]




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Sunday, December 16, 2007

Kemurnian Akal

Kemurnian akal membutuhkan penghancuran semua impresi jahat yang telah dikumpulkan akal atau yang diterima akal secara langsung. Orang dapat menghancurkan impresi-impresi ini dengan lima cara, dan cara yang diambil berdasarkan impresi yang harus dihancurkan. Beberapa impresi harus dicuci bersih dari akal. Beberapa mesti dihapus dari permukaaan akal. Beberapa harus dikibas-kibaskan seperti debu dari pakaian. Beberapa mesti dibakar seperti kayu yang dibakar, yang setelah terbakar berubah menjadi abu. Beberapa impresi harus ditenggelamkan sehingga ia tidak pernah muncul lagi. Kuburlah impresi tertentu seperti mayat, temukanlah cara peniadaan yang cocok untuk impresi tertentu. Maka akal anda bisa jernih. Kedudukan akal tidak hanya untuk berpikir atau beralasan, tetapai juga raja wujud seseorang. Kesehatan, kebahagiaan, dan kedamaian kehidupan seseorang bergantung pada kondisi akal.

Pertanyaannya adalah .... apa yang harus dihancurkan dan apa yang harus disimpan ? ... Kumpulkan dan simpan hal-hal yang indah, hancurkan semua yang memiliki efek yang anda tidak inginkan. Kumpulkan semua hal yang harmonis, hancurkan semua yang menciptakan ketidakharmonisan pada diri anda. Kumpulkan dan simpan hal-hal yang tenang, hancurkan semua yang mengganggu kedamaian kehidupan anda. Seperti beberapa debu yang memasuki mekanisme jam sehingga jam itu berhenti, begitupun efek yang dihasilkan oleh semua impresi yang tidak mengandung kedamaian dan menghalangi anda dari kemajuan.
Akal tidak dapat berfungsi dengan baik ketika dihalangi oleh impresi yang mengandung kelumpuhan di dalamnya.

Hidup adalah progress, dan berhenti dari progress adalah kematian. Kegagalan tidak berarti apa-apa bagi kehidupan orang yang progresif. Meskipun seribu kegagalan, tidak masalah baginya. Sebelumnya ia telah memiliki pandangan tersendiri tentang kesuksesan, dan kesuksesan adalah miliknya meskipun sampai ribuan kegagalan. Hal yang paling menyedihkan dalam kehidupan adalah diam, ketika kehidupan tidak bergerak lebih lanjut. Seorang yang perasa lebih memilih untuk mati ketimbang hidup. Itu karena kelumpuhan jiwa, ruh dan selalu disebabkan oleh penyimpanan impresi jahat di akal.
Manusia membawa ketidakbahagiaan pada dirinya sendiri seperti sebuah bayangan, jatuh di atas jiwanya. Sekali orang dapat membersihkan impresi yang tidak diinginkan dari akalnya, dengan proses apapun, suatu kekuatan baru mulai memancar dari hatinya, membuka sebuah jalan dihadapannya untuk menyelesaikan semua yang diinginkannya, menarik kepada semua hal yang dibutuhkannya, membersihkan jalannya dari segala yang menghalanginya, membuat atmosfirnya menjadi jernih, dan baginya hidup dan bergerak serta kemampuan menyelesaikan semua hal yang ingin diselesaikan.



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Pemurnian Mental

Sebagaimana kita memiliki kebutuhan terhadap pencucian dan pemurnian tubuh, kita juga memiliki kebutuhan, bahkan lebih lagi, akal kita dicuci dan dimurnikan. Semua ketidakmurnian menyebabkan penyakit, sebagaimana ketidak-aturan dalam kerja sistem fisik. Hal yang sama berlaku bagi akal. Ada ketidakmurnian-ketidakmurnian akal yang menimbulkan penyakit yang berbeda-beda. Dengan mencuci akal, orang membantu menciptakan kesehatan baik pada tubuh maupun pada akal. Kesehatan adalah kondisi alamiah, dan spiritualitas adalah menjadi alamiah.

Sangat sedikit pemikiran seperti ini. Banyak orang mengira, menjadi spiritual berarti mampu melakukan hal-hal yang mengagumkan, mampu melihat hal-hal yang aneh, fenomena yang luar biasa. Sangat sedikit yang mengetahui betapa sederhananya ia, sehingga menjadi spiritual berarti menjadi alami.

Pemurnian mental dapat dilakukan dengan tiga cara. Cara yang pertama adalah menenangkan akal, karena sangat sering aktivitas akal yang memproduksi ketidakmurnian. Penenangan akal menghilangkan ketidakmurnian darinya. Ini seperti mengembalikan akal pada tempat alaminya. Akal dapat diumpamakan seperti kolam air. Ketika air dalam kolam tidak terganggu, pemantulan menjadi jelas. Begitu pun dengan akal, jika akal terganggu, orang tidak dapat menerima intuisi, inspirasi, dengan jelas di dalamnya. Sekali akal tenang, ia akan memberikan pantulan yang jelas, seperti yang terjadi pada kolam air di kolam itu tenang.

Kondisi ini bisa didapatkan dengan cara mempraktekkan penenangan fisikal. Dengan duduk dalam postur tertentu maka pengaruhnya tercipta. Dalam sains, para ahli mengetahui cara-cara duduk yang berbeda dalam keheningan, dan setiap cara memiliki signifikansi tertentu. Dan bukan hanya signifikansi imajiner, ia juga memproduksi hasil yang nyata. Beberapa pengalaman baik secara pribadi maupun melalui orang lain, yang menunjukkan bagaimana cara duduk tertentu dapat mengubah sikap akal. Dan orang-orang kuno mengetahui hal ini. Mereka mengetahui cara-cara duduk yang berbeda bagi orang yang berbeda. Ada cara pendekar, cara pelajar, cara bagi orang meditatif, cara usahawan, cara buruh, cara penemu, dan lain sebagainya. Ada efek besar yang didapatkan orang dengan cara duduk dengan postur tertentu, khususnya bagi akalnya.

Kita mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari kita, tetapi kita tidak memikirkannya. Kita pernah duduk dengan cara tertentu tapi kita malah merasa geisah, dan pernah duduk dengan cara lain dan kita merasa damai. Posisi tertentu membuat kita merasa terinspirasi, dan cara duduk yang lain membuat kita lesu, tidak memiliki antusiasme. Dengan menenangkan akal, melalui postur tertentu, orang dapat memurnikan akalnya.

Cara kedua memurnikan akal adalah dengan cara pernapasan. Sangat menarik bagi orang-orang Timur ketika menyaksikan kadang-kadang di Barat, dalam penemuan mereka, orang tidak menyadari telah menerapkan prinsip ini. Orang Barat memiliki mesin yang membersihkan karpet dengan cara menghisap debunya. Prinsip ini adalah sama dengan cara penapasan yang tepat yaitu menghirup debu dari akal lalu mengeluarkannya. Para ilmuwan melangkah sangat jauh dengan mengatakan bahwa orang yang menghembuskan CO2 keluar, udara yang buruk dikeluarkan dengan cara menghembuskannya keluar dari tubuh. Sementara “ilmuwan” Timur melangkah lebih jauh lagi dengan mengatakan bahwa bukan hanya dari tubuh, tetapi juga dari akal. Jika orang mengetahui bagaimana cara menghilangkan ketidakmurnian, orang dapat menghilangkannya lebih dari yang bisa dibayangkan. Ketidakmurnian akal dapat dihembuskan keluar dengan cara bernapas yang benar. Itulah sebabnya mengapa para “ahli” Timur menggabungkan pernapasan dengan postur. Postur membantu menenangkan akal, pernapasan membantu membersihkan akal, kedua-duanya berjalan bersama-sama.

Cara ketiga memurnikan akal adalah dengan sikap, dengan sikap yang benar terhadap kehidupan. Menuju pemurnian adalah cara moral dan jalan agung. Orang bisa saja bernapas dan duduk dengan ribuan postur, tetapi jika tidak memiliki sikap yang baik terhadap kehidupan, dia tidak akan pernah berkembang. Itu hal yang prinsip. Pertanyaannya adalah apakah sikap yang benar itu ? sikap yang benar tergantung pada bagaimana menyenangkan orang menghargai kelemahan-kelemahannya sendiri. Sangat sering orang siap membela dirinya sendiri atas kesalahan dan kekhilafan yang dibuatnya, dan keinginan membuat kesalahan sendiri menjadi benar, tetapi ia tidak melakukan hal yang sama kepada orang lain. Orang menganggapnya sebagai tugasnya ketika harus menilai orang lain. Betapa mudahnya tidak menyetujui orang lain. Begitu mudahnya melangkah ke depan dan membenci orang lain, dan bukan hal yang sulit untuk maju lagi selangkah ke depan dan membenci orang lain. Ketika bertindak dengan cara itu, orang tidak berpikir sebagai suatu kesalahan. Walaupun suatu kondisi yang berkembang itu di dalam diri, orang selalu melihatnya sebagai di luar. Semua kejahatan yang berkembang di dalam diri, orang melihatnya pada orang lain. Oleh karena itu manusia selalu dalam ilusi. Hal yang paling besar adalah bahwa orang yang paling bersalah adalah orang yang menyalahkan. Tetapi lebih baik diekspresikan dengan cara yang lain karena orang yang paling menyalahkan, menjadi orang yang paling bersalah.

Ada keindahan bentuk, warna, garis, cara, karakter. Pada beberapa orang, keindahan itu kurang, sedangkan pada beberapa orang lainnya, keindahan itu berlebih. Hanyalah dengan perbandingan, sehingga satu orang lebih baik ketimbang yang lain. Jika kita tidak membandingkan, orang lain akan tampak baik. Perbandinganlah yang membuat kita menganggap satu hal lebih indah ketimbang yang lain. Jika kita melihat dengan hati-hati, kita akan melihat keindahan tersebut seperti terdapat pada yang lain juga. Sangat sering perbandingan kita tidak benar untuk suatu alasan yang sangat tepat. Meskipun saat ini kita menetapkan dalam akal kita apa yang indah dan bagus, kita layak mengubah konsepsi tersebut dalam waktu sehari, sebulan bahkan setahun atau lebih. Hal itu menunjukkan pada kita bahwa ketika melihat sesuatu, kita mampu menilainya jika keindahannya memanifestasi dalam pandangan kita.

Tidak ada yang perlu dikejutkan bilamana ada sebagian orang berkata “saya mencintai semua hal yang saya lihat di dunia, selain semua penderitaan, perjuangan dan kesulitan, semua berharga.” Sementara sebagian orang lain mengatakan, “semua menyedihkan. Kehidupan itu buruk, tidak ada sedikitpun keindahan di dunia ini.” Masing-masing benar menurut sudut pandangannya. Keduannya sama-sama ikhlas. Tetapi mereka berbeda karena mereka melihatnya dengan cara yang berbeda. Masing-masing memiliki alasan untuk membuktikan kehidupan indah atau tidak sama sekali. Hanya saja, yang satu menguntungkan dirinya dengan pandangan keindahan, dan yang lain menghilangkannya dengan tidak menghargainya, dengan tidak melihat keindahan di dalamnya.

Dengan sikap yang salah, dalam akalnya orang mengumpulkan ekspresi yang tidak diinginkan yang berasal dari orang banyak, karena tidak satu orangpun di dunia ini yang sempurna. Setiap orang memiliki satu sisi yang dapat dikritisi dan ingin diperbaikinya. Ketika melihat sisi itu, orang mengakumulasikan impresi yang membuat orang semakin tidak sempurna karena mereka mengumpulkan ketidaksempurnaan, dan yang kemudian menjadi satu dunia. Dan ketika akal menjadi penyerap yang penuh dengan impresi yang tidak diinginkan, apa yang keluar darinya juga hal-hal yang tidak diinginkan pula. Tidak ada orang yang dapat membicarakan sakit orang lain tanpa kecuali ia memilikinya, karena orang yang membicarakan sakit orang lain, sebenarnya menyakiti dirinya sendiri.

Jadi, pemurnian akal, dari sudut pandang moral, harus dipelajari dalam kehidupan sehari-hari seseorang, dengan mencoba menimbang hal-hal yang simpatik, dengan rasa suka, dengan memandang orang lain sebagaimana memandang diri sendiri, dengan menempatkan diri sendiri dalam posisi mereka, sambil menuduh orang lain dalam melihat ketidakkompakkan mereka. Jiwa-jiwa di bumi dilahirkan tidak sempurna dan menunjukkan ketidaksempurnaan. Dari sini mereka berkembang secara alami, sampai akhirnya menyempurna. Jika semuanya sempurna, tidak akan ada lagi tujuan penciptaan, dan manifestasi telah mengambil tempatnya. Dengan demikian, setiap wujud di sini bisa bergerak dari ketidaksempurnaan kepada kesempurnaan. Itulah tujuan dan kenikmatan kehidupan yang demi hal itu dunia ini diciptakan. Jika kita mengharapkan setiap orang menjadi sebagai sesuatu yang sempurna dan kondisi pun sempurna, maka tidak akan ada kenikmatan dalam hidup dan tidak ada tujuan kita berada di sini.

Oleh karena itu, pemurnian akal bertujuan untuk memurnikannya dari semua impresi yang tidak diinginkan, bukan hanya terhadap kelemahan orang lain, harus juga tiba pada tingkat ketika orang melupakan kelemahannya sendiri. Beberapa orang yang taat dan shaleh menyalahkan diri mereka atas segala kesalahan mereka, sehingga mereka menjadi kesalahan itu sendiri. Berkonsentrasi pada kesalahan terus-menerus, berarti mengukir kesalahan pada akal. Hal yang terbaik adalah dengan melupakan kesalahan sendiri dan kesalahan orang lain dan menetapkan akal pada pengumpulan semua yang baik dan indah-indah.

Ketika di dunia ketidaksempurnaan ini kita mencari semua yang indah dan baik, akan banyak kesempatan kekecewaan. Tetapi, pada saat yang sama, jika kita terus-menerus mencarinya, tidak melihat kepada kemungkinan kecewa itu sendiri, maka kita pasti menemukannya. Dan sekali kita menemukannya, kita akan menemukan lebih banyak keindahan dan kebaikan, dan lebih banyak lagi. Akan tiba suatu saat dalam kehidupan manusia ketika ia dapat melihat beberapa kebaikan pada diri orang yang paling jahat di dunia ini. Ketika ia mencapai posisi itu, meskipun kebaikan ditutupi oleh ribuan hijab, ia akan dapat meletakkan tangannya pada hal yang baik, karena ia mencari kebaikan-kebaikan, dan menarik apa yang baik dan indah.


...... simpati melumerkan kebekuan hati.....
[ Hazrat Inayat Khan ]





Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Harta itu adalah Harta Tuhan

Semua harta yang kita miliki, pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. Selama berada di tangan kita, harta itu hanyalah pinjaman dari Allah SWT, karena setiap saat Allah dapat mengambilnya kembali. Gunakan harta itu dengan baik pada jalan yang baik pula. Infakkanlah harta itu di jalan Allah, karena apa yang kita infakkan dijalanNya akan menjadi harta yang hakiki. Kita harus ingat bahwa setiap infak yang kita berikan akan mendapat balasan di akhirat kelak. Infak inilah yang akan menjadi bekal yang sangat kita perlukan pada waktu itu, dan balasan yang diberikan Allah akan berlipat ganda hingga sepuluh kali amalan yang telah kita lakukan. Demikianlah seterusnya hingga menjadi lebih banyak dari itu, sesuai dengan kehendakNya. Rasulullah SAW bersabda, “Mereka yang menyedekahkan hartanya kepada orang lain, hartanya tidak akan berkurang. Bahkan, harta itu akan bertambah, dan bertambah, dan bertambah.”

Apa yang kita infakkan, sebenarnya itulah yang menjadi harta kita. Dan apa yang kita pertahankan, mungkin suatu saat akan diambil kembali oleh Tuhan yang memberinya atau mungkin akan menjadi hak orang lain. Betapa banyak malapetaka yang menimpa orang-orang yang telah mengabaikan kewajiban atas hartanya. Harta adalah fitnah [ujian], sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam surat At Taghaabun ayat 15, yang artinya “Bahwasanya hartamu dan anak-anakmu itu adalah fitnah [ujian], dan di sisi Allah ada pahala yang besar.”

Jika harta itu tidak diinfakkan di jalan yang benar sebagaimana yang diperintahkan Allah, maka harta itu akan menjadi fitnah [ujian]. Artinya, jika si pemiliknya tidak lulus dalam ujian terkait harta yang dimilikinya, maka harta itu akan menjadi fitnah [ujian] yang dapat melumatkan si pemiliknya. Fitnah [ujian] yang dijatuhkanNya kepada hartawan yang lalim bisa saja diberlakukanNya baik saat hidup di dunia maupun di kehidupan kekal nanti. Nauzubillahi min dzalik...

Bahwa di antara harta kita terdapat hak fakir miskin dan orang-orang terlantar yang membutuhkan bantuan kita, khususnya kaum kerabat dan tetangga dekat. Hak fakir miskin dalam konteks ini bukan berarti zakat yang sudah menjadi kewajiban atas harta kita yang harus dibayarkan. Bahkan selain zakat, ada pula kewajiban-kewajiban lain yang harus dikerjakan, yaitu sedekah sukarela untuk membantu orang-orang yang memerlukannya.

Betapa lebih indah kehidupan dunia fana ini bilamana setiap orang menyadari dan memahami arti harta yang dititipkanNya, terutama konsekuensi atas harta titipan itu. Niscaya tidak ada kemiskinan yang parah terjadi secara meluas di bumi ini, sebaliknya kesejahteraan yang adil dan merata di penjuru negeri, rasa kebersamaan sebagai makhlukNya membumi dan melangit.

Jadi, tunggu apalagi untuk memulai dari diri sendiri dan lingkungan diri ? .. sebelum terlambat, mulailah bersihkan dan berbenah diri, menghitung bagian-bagian yang hakikatnya bukanlah milikmu, agar tak membebani diri saat bel kepulangan abadi didentangkanNya. Untuk dunia, kita ikut berpartisipasi membangun negeri ini menuju masyarakat yang sejahtera.



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License