Sunday, July 19, 2009

Memuji Diri Sendiri dan Menyebutkan Kebaikan Sendiri

Allah SWT telah berfirman : “... maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci ...” [ QS An Najm(52) : 32]

Menyebutkan kebaikan diri sendiri memiliki dua kategori yaitu terpuji dan tercela.
Adapun terpuji adalah apabila dalam pujian itu terdapat kemashalatan dalam agama. Hendaknya pujian itu bertujuan amar makruf nahi mungkar, menjadi nasihat, untuk memberikan petunjuk pada suatu kemashalatan, sebagai pelajaran, pendidikan, nasihat, untuk mendamaikan kedua pihak yang bermusuhan, demi menolak keburukan yang menyerangnya, atau karena tujuan baik lainnya. Oleh karena itu, sebutlah kebaikan diri sendiri dengan niat sebagaimana perkara-perkara tersebut. Hendaknya juga disertai keyakinan bahwa ucapannya itu akan diterima dan menjaga apa yang telah disampaikan atau mengatakan bahwa ucapan itu akan kalian temukan pada diri orang lain. Oleh karena itu, jagalah.

Rasulullah SAW berkata,
“Aku adalah seorang Nabi yang tidak pernah berdusta. Aku adalah pemimpin anak Adam [manusia]. Aku orang pertama yang akan keluar dari bumi. Aku adalah orang yang paling mengetahui tentang Allah dan paling bertakwa kepadaNya. Aku pernah bermalam di sisi Tuhanku.”

Sabda-sabda serupa juga banyak sekali. Nabi Yusuf a.s. berucap,
“Jadikanlah aku bendaharawan negara [Mesir]; sesungguhnya, aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” [QS Yusuf(12) : 55]

Nabi Syuaib a.s. berkata,
“... dan kamu insyaAllah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.” [QS Al Qashash (28) : 27]

‘Utsman r.a juga pernah mengatakan,
“bukankah kalian telah mengetahui bahwa Rasulullah bersabda, “barangsiapa memberikan bekal kepada pasukan yag berada dalam kesulitan, baginya surga ?,” aku telah memberikan bekal kepada mereka. Bukankah kalian juga sudah mengetahui bahwa Rasulullah bersabda,“barangsiapa menebus sumur Rumata, baginya surga ?” aku telah menebusnya. Kemudian aku menyedekahkan sumur itu sebagaimana sabda Rasulullah.” [HR Bukhari (no. 2864) & Muslim (no. 2278)]

Sa’ad bin Abu Waqqash r.a. mengucapkan perkataan ini ketika penduduk Kufah mengadukannya kurang baik kepada ‘Umar bin Al Khathab r.a. Dia berkata,
“Demi Allah, aku adalah lelaki Arab pertama yang melemparkan anak panah berjuang di jalan Allah. Sungguh, aku telah berperang bersama-sama Rasulullah ...” [HR Bukhari (no.3728) & Muslim (no. 2966), HR An Nasa’i, As Sunan Al Kubra]

Dalam Shahih Muslim [no. 78] diriwayatkan oleh Ali r.a. berkata :
“Demi Zat yang menumbuhkan biji dan menciptakan nyawa. Ini adalah janji Rasulullah kepadaku. Tiada orang yang mencintaiku kecuali orang yang beriman dan tiada orang yang membenciku kecuali orang yang munafik.”


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Taat Lahir dan Batin Merupakan Sebagian dari Balasan Amal

Pahala Allah SWT yang dianugerahkan kepada hambaNya di dunia bermacam ragam, misalnya, perasaan bahagia dan lezat ketika menjalankan taat dan ibadah. Tidak akan seseorang itu slalu rajin berjaga malam untuk qiyamullail, berzikir dan membaca Al Qur’an -di kala manusia pada umumnya terlena dan lelap tidur, melainkan telah ada rasa bahagia dan lezat di dalam hatinya untuk menjalankan ketaatan tersebut.

Apabila kita benar-benar tekun dan istiqomah beramal dan beribadat kepada Allah SWT, disamping kita mengharapkan keridhaanNya dalam melaksanakan ketaatan kepadaNya, sehingga walaupun ketaatan kita itu banyak kekurangan disana-sini, maka demi ridhaNya [adalah harapan utama] amalan taat kita itu diterima olehNya. Dan sudah tentu, kita mendapatkan pahala-pahala dan balasan-balasan kebaikan baik di dunia apalagi di akhirat, dengan kemurahanNya. Dan bukan nikmat keridhaan saja yang kita dapatkan di dunia ini, tetapi pada hakikatnya, nikmat keridhaan itu dapat ditandai dengan penghayatan kita dalam melaksanakan ibadat dan taat, dengan tentram hati, tenang jiwa dan manisnya iman dalam pelaksanaan taat dan ibadat itu. Itulah salah satu pertanda, bahwa seseorang tersebut sudah dekat dengan Allah SWT.

Syekh Ibnu Athaillah Al Iskandari dalam kalam hikmahnya :
“cukuplah pada orang-orang yang beramal sebagai balasan [kebaikan] sesuatu dimana membukakan hati mereka pada mentaati Allah. Dan cukuplah pada mereka sebagai balasan [kebaikan] sesuatu yang mendatangkan atas hati mereka berupa adanya kejinakan dan kelapangan hati terhadap Allah SWT.”

Kalam hikmah ini mengandung dua pengertian.

Pertama, hendaklah kita fahami bahwa apabila kita berbuat sesuatu benar-benar karena Allah SWT bukan karena selainNya, InsyaAllah pasti Dia akan membukakan hati kita dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat dalam jalan kita menuju Allah sebagai pendekatan kita kepadaNya. Bahkan bukan hanya itu saja, tetapi Allah juga memberikan petunjuk-petunjuk kepada kita sebagai pemberian ketuhanan, bahkan juga tidak mustahil kita akan menerima ilham-ilhman daripadaNya dan kemanisan lemah-lembut dihadapanNya. Apabila sudah demikian keadaannya, berarti sudah ada tanda-tanda keridhaan yang besar di sisi Allah SWT. Dengan demikian berarti seorang hamba telah dapat merasakan manisnya berdialog antara dirinya dengan Allah SWT.

Sebagian ulama Tasawuf mengatakan,
“Tidak ada di dunia sesuatu yang dapat menyamai nikmat surga, selain apa yang didapatkan oleh orang-orang yang hatinya selalu berhubungan rapat dengan Allah, dimana pada malam harinya ia merasakan kelezatan berdialog denganNya. Justru karena itu maka perkataan ini dapat ditafsirkan dengan kata sebahagian mereka, bahwa berlemah-lembut terhadap yang dicintai dan berdialog yang mengandung harapan dan permohonan terhadap yang paling dekat di dunia, [perasaan yang demikian] bukanlah dari dunia, ia adalah dari surga, ia muncul pada hamba-hamba Allah yang shaleh di dunia dimana perasaan itu tidak ada yang mengenal selain mereka.”

Demikianlah perasaan dalam gambaran penghayatan batiniah hamba-hamba Allah yang hatinya selalu terikat dan teringat kepada Allah SWT. Perasaan yang demikian itulah yang dimaksud dengan Hal Al Wujdan wa Al Zauq.

Pengaruh yang demikian kuat di dalam hati mereka menyebabkan mereka itu lupa kepada zahiriahnya. Misalnya seorang sahabat Nabi SAW bernama ‘Urwah bin Zubair r.a., karena asyik mengerjakan shalat sehingga saat kakinya diamputasi oleh tabib disebabkan penyakit berjangkit, ia tidak merasakan apa-apa dan tidak sadar bahwa kakinya telah diamputasi. Demikianlah gambaran kelezatan perasaan yang dihayati oleh seluruh badan lahir dan batin, sehingga perasaan sedemikian rupa melebihi atas lahiriah-lahiriah yang terjadi.

Kedua, suatu amal ibadah jika telah berkesan dalam tubuh manusia, maka ia akan melahirkan kecintaan yang mendalam pula kepada Allah SWT, sebagaimana Kalamullah yang berarti :
“Orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik [taat kepada Allah SWT] sesungguhnya Allah yang Maha Pemurah akan memberikan kecintaan kepada mereka.” [QS Maryam : 96]

Maksudnya adalah, kecintaan antara mereka dengan Allah SWT dan kecintaan antara mereka dan sesama mereka. Maha Besar Allah SWT atas firmanNya dan benar terjadi dalam realita keseharian. Sesungguhnya hamba-hambaNya yang benar-benar menjalankan agamaNya, maka orang itu akan dibantu oleh Allah SWT, dan segala urusannya dimudahkan olehNya. Itulah yang dimaksudkan dengan hadis Nabi SAW :
“Apabila Allah SWT telah mencintai hambaNya, maka Allah menyeru kepada Jibril [dengan memberitahu] : sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, justru orang itu dicintai [pula] oleh Jibril. Kemudian Jibril menyeru kepada ahli langit : sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah dia itu oleh kalian, maka diterimalah dia sebagai orang yang dicintai di permukaan bumi.”

Hadis Nabi SAW di atas apabila kita renungkan dengan mendalam, akan selaras dengan ucapan Sayidina Ali r.a. :
“Barangsiapa yang inginkan kekayaan tanpa harta dan inginkan kemegahan tanpa kaum, maka hendaklah orang itu berpindah dari kehinaan maksiat kepada kemuliaan taat.”

Hal ini adalah benar-benar menjadi kenyataan. Kita lihat ulama yang benar-benar berjuang mengamalkan ilmunya dan membimbing umat manusia ke jalan Allah SWT, disamping benar-benar menjunjung tinggi kalimat Allah, kita lihat para ulama itu dihormati dan dimuliakan orang banyak. Padahal mereka tidak mencari pengaruh dan mereka tidak mempengaruhi orang untuk mengikutinya. Disamping itu pula tidak pernah putus rejeki, bahkan selalu diliputi oleh rejeki yang murah dan melimpah, tanpa mempunyai modal untuk menghasilkan laba, seperti pada saudagar dan orang-orang yang berjuang mencari uang dan harta duniawi.

Beberapa rumusan yang dapat dijadikan i’tibar dari kalam hikmah tersebut di atas adalah :
Amal ibadah dan perjuangan-perjuangan yang baik, karena melaksanakan perintah Allah SWT akan diberikan pahala kebaikan oleh Allah dalam tiga sifat.

Pertama, pahala berupa kebaikan sebelum beramal. Maksudnya adalah taufiq Allah SWT diimana dengan itu kita dapat beramal. Jadi beramal itu adalah mensyukuri Allah atas nikmat yang demikian.

Kedua, pahala kebaikan setelah beramal. Maksudnya amalan itu diterima oleh Allah dan hati kita gembira bahwa kita telah beramal dengan baik. Kegembiraan itu berarti mensyukuri nikmat Allah. Apalagi jika kita melihat kepada pahala-pahala amal kebaikan di akhirat yaitu surga Jannatun-Na’im, disamping pula ganjaran kebaikan yang dikaruniakan Allah di dunia ini seperti keterangan di atas tadi.

Ketiga, balasan amal yang sifatnya hati kita terarah kepada waktu-waktu berikutnya, masa-masa selanjutnya dan zaman-zaman yang akan datang, dimana kita ingin menyempurnakan amal dengan lebih sempurna dan lebih baik. Adanya perasaan demikian, juga merupakan ganjaran kebaikan dari Allah karena amal ibadah kita sebelumnya.



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Thursday, February 19, 2009

Untuk Seorang Sobat nun di sana

FK Djuwono


Sang Maha Tunggal amatlah dekat
tiada sulit bagi kita untuk mengenalNya sempurna
tiada batas waktu bagi kita untuk mendekatiNya
bukalah hijab diri sebagai kuncinya

keterbatasan sejatinya diri yang membuat
jauhnya jarak itupun diri yang menghijab
merdekakan diri dalam kekaffahan mencintaiNYA
diri di bumi hanyalah peran sementara sbg khalifahNya

cintaNYA telah ada di diri abadi bersama ruhmu
tanpa perlu diri meminta, DIA Mencintaimu penuh
tinggallah diri yg harus membuktikan cinta pdNYA
bukan sekedar kalimat kata per kata




Semoga Allah slalu Memberkati kita dgn kesempurnaan Cinta Sejati dalam gelora asmara Ilahiah, menebarkan damai dan sejahtera bagi bumi dan alam semesta ini,
aamin Allahumma aamin....


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Wednesday, January 28, 2009

~ ~ ~ kembali

FK Djuwono


sejatinya kematian bukanlah akhir dari segala
segala yang terasa, tercipta dan terkarsa jasad fana di bumi ini
keterbatasan diri semata-lah membuatnya jadi suatu kendala
kendala dalam diri untuk segera kembali kepada hidup yg hakiki

bumi hanyalah "penjara" sejenak bagi ruhani sejati
tempat yg penuh dgn tipuan permainan maya jasadi
tempat pembelajaran bagi ruhani utk selalu mawas diri
hendaknya ingat akan misi diri dan tugas yang diemban dariNYA selama di "penjara" bumi

tiada diciptaNYA tanpa tujuan mulia
aku adalah AKU mesti slalu disadari
khalifah sejati tiada takut akan kematian jasadi
karena sejatinya itulah kehidupan hakiki
kembali kepada Sang Kekasih Terkasih
AKU kekasihku, muasalku, puncak kerinduan dan kecintaanku
segala amanahKU segera ku jalani penuh
hingga aku yang merinduNYA kembail bersatu
dalam cahaya kesempurnaan
tersenyum abadi ruhani sejatiku


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Tuesday, December 30, 2008

~ O ~

oleh FK Djuwono


Betapa Agung segala yang dikreasiNya
Kreasi dalam bentuk nyata maupun tidak nyata
Titik-titik itu sejatinya sebuah pola
Menjadi bentuk kala isi di antaranya ada

Terkadang satu titik terlewat begitu saja
Hingga pola itu menjadi tidak sempurna
Adapun rupa bukanlah tujuan utama
Makna hakikat di dalamnya pengingat jiwa

Berawal dari titik
Kembali kepada titik
Bak lingkaran tanpa awal akhir
Kosong dalam batas terukir


*note : this is small part of my strings for ~ O ~

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Sunday, December 28, 2008

Syair Manifestasi Nama-nama Al Haq

Syekh Abdul Karim Ibnu Ibrahim Al Jaili


Ku jawab seruan hamba yang memanggil dengan namanya
Ia tidak mengira bahwa sebutan namaNya adalah juga namaKu

Namanya dan nama Diri Ku adalah satu jiwa [ruh]
Sungguh sangat menakjubkan, satu jiwa [ruh] dalam dua jisim

Setiap hamba memiliki dua nama, namun satu zat
Jika salah satu dari dua nama kau sebut, zat pasti ikut terpanggil

Zat Diri Ku adalah zatnya, nama Ku adalah namanya
Keadaan setiap hamba adalah Tunggal dengan keadaan Diri Ku

Kau akan sulit menelisik hakikat ketunggalan nama ini
Akan tetapi, seperti apa rasa jiwamu ketika kau rindu kekasihmu ?

Aku Ku adalah aku mu. Dia mu adalah dia Ku
engkau adalah Diri Ku dan Aku adalah dirimu

Ruh dirimu adalah satu dalam ketunggalan Ku
Dalam realitas wujud, tampak sendiri-sendiri

Itulah wujud dirimu, sebelum dan sesudah penciptaanmu
Sebagaimana keadaan Diri Ku, sediakala dan yang akan datang

Luhurkan ruh dirimu, akan Aku singkapkan hijab dirimu
Tirai penghalang dirimu dan Diri Ku adalah matinya Qalbumu

Saksikan Diri Ku dengan melihat kesejatian Diri Ku
Dalam setiap keindahan dan kesempurnaan, pandanglah Diri Ku

Keindahan dan kesempurnaan Diri Ku sangatlah jelas
Tradisikan semua itu dalam dirimu, engkau akan melihat Diri Ku


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Syair Manifestasi Sifat-sifat Al Haq

Syekh Abdul Karim Ibnu Ibrahim Al Jaili


Khalifah hanyalah istilah untuk menamai wujud
Kekuasaan khalifah adalah Majaz, Yang Esalah Sang Penguasa

Khalifah adalah nama Kiasan dalam realitas wujud
Sejatinya Pemimpin dan Penguasa adalah Yang Maha Tunggal

Manakala Cahaya-Nya terbit terang dalam Qalbumu
Nama-namaNya akan menghiasi “laku” dirimu di realitas wujud

Sirnakan dirimu ke dalam ekstase nama-nama Diri Nya
Kau akan menjadi “landasan” Tajalli asma-asmaNya di alam ini

Dirimu sama persisnya sebelum dan sesudah penciptaanmu
Seperti halnya AdaNya, seperti sediakala dalam keazalian Diri Nya

Deburan asma-asmaNya disurung tiupan keTunggalanNya
Gulungan ombak lautan sedasyat apapun berasal dari satu samudera

Deburan air yang semburat digerakkan oleh satu gelombang
Semua gerak apapun bentuknya digerakkan oleh zat Yang Maha Esa

Wahai Ruh segala ruh, dan ayat-ayat agung,
Wahai pelipur lara setiap hati yang berduka nestapa

Wahai muara segala harapan dan cita-cita
Ujaran kalamMu sungguh sangat manis bagi diriku

Wahai Ka’bah segala hakikat dan kesucian
Wahai Arafah kegaiban, Wahai Pengkobar rindu

Kami datang kepadaMu, dengan fana’ kami
Kami tukar semua dunia kami dengan akhirat Mu

Jika bukan karena Mu, niscaya kami tidak berwujud
Andai bukan karena Mu, niscaya tidak paham kesejatian Mu

Engkau adalah muara segala keagungan dan kemuliaan
Hanya kepada Diri Mu segenap faqir memuarakan kebutuhan

Pola dan aturan zaman ini sesuai kehendakMu
Engkau adalah Maula, dan kami abdiMu

Ayunkan pedang di leher musuh-musuhMu
pedangMu lebih tajam daripada besi paling tajam

beri dan tahan rizki hambaMu, sesukaMu
agar para abdiMu, rajin dan giat mengkais rizkiMu

adakah kebahagiaan yang melebihi dekatMu ?
adakah kepedihan yang melebihi keterpalinganMu ?

Kabulkan harapan mereka yang berbakti
Tolak harapan mereka yang membangkang dariMu

Kau berkuasa memuliakan yang Kau suka
Kau berhak menista yang Kau benci dan murkai

Pengabdian yang nihil keikhlasan akan sia-sia
Ketulusan adalah kunci utama menggapai ridhaMu

Kau Maha Keras siksaMu bagi tiap pendosa
Semua pelaku kemaksiatan tidak akan lepas Dari Mu

Kau adalah Diraja segala pemilik kekuasaan
Kuasa Mu meliputi kekuasaan berdimensi kasat dan gaib

Engkau memiliki Arsy agung poros kemuliaan
Dari atas singgasana Mu Engkau atur segenap karya Mu



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License