Monday, November 12, 2007

Sumber-sumber Ujub & Terapinya


Syekh Hujjatul Islam Abu Hamid Al Ghazali membagi sumber-sumber ujub menjadi delapan macam.

Pertama, ujub dengan fisiknya : postur tubuh, kecantikan, kekuatan, keserasian bentuk, suara yang bagus, tampang yang ganteng dan lain sebagainya.
Terapi jenis ujub ini adalah dengan tafakur tentang berbagai kekotoran batinnya, tentang mula pertama penciptaan dan akhir kesudahannya, tentang bagaimana wajah yang cantik dan tubuh yang gemulai itu akan terkoyak-koyak oleh tanah dan membusuk di kubur hingga menjijikkan.

Kedua, keadidayaan dan kekuatan.
sebagaimana dikisahkan tentang kaum ‘Ad ketika mereka berkata seperti yang direkam dalam Al Quran surat Fushilat [41] : 15 “siapakah yang lebih besar kekuatannya dibandingkan kekuatan kami ?”, dan peristiwa Hunain sesuai Al Quran surat At Taubah [9] : 25.Terapi ujub ini adalah bahwa beriang gembira sehari saja bisa melemahkan kekuatannya, dan bisa jadi Allah akan mencabut kekuatan itu cukup dengan sakit gigi saja sudah tidak bisa berkutik, apalagi jika dicabut keseluruhan akibat pelanggaran ringan yang dilakukannya.

Ketiga, ujub dengan intelektual, kecerdikan dan kepandaian.
Terapinya adalah bersyukur kepada Allah atas karunia yang telah diberikan kepadanya, dan merenungkan bahwa dengan penyakit paling ringan yang menimpa otaknya, sudah bisa membuatnya berbicara melantur dan gila, sehingga menjadi tertawaan orang. Ia tidak aman dari ancaman kehilangan akal jika ia ujub dengan intelektualitas dan tidak mensyukurinya. Hendaklah ia menyadari keterbatasan akal dan ilmunya. Hendaklah ia mengetahui bahwa ia tidak diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit. Sebagaimana telah diungkap di dalam Al Quran Al Isra [17] : 85 : “…tidaklah Kami memberi ilmu kepada kalian kecuali sedikit sekali.”

Keempat, ujub dengan nasab [keturunan] yang terhormat.
Terapinya adalah menyadari bahwa manusia diciptakan oleh Allah dari keturunan yang sama yaitu Adam AS dan Siti Hawa.
Sesuai dengan firman Allah pada surat Al Hujurat [49] : 13 yang artinya : “… bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah tergantung takwanya bukan nasabnya.”
Nabi Muhammad SAW bersabda “orang yang paling mulia di antara mereka adalah orang paling banyak mengingat kematian [dzikru al maut] dan paling siap menghadapinya [al syauq].”

Kelima : ujub dengan nasab penguasa yang zalim dan para pendukung mereka, bukan nasab ahli agama dan ahli ilmu.
Terapinya adalah merenungkan tentang berbagai kehinaan mereka dan tindakan-tindakan kezaliman mereka terhadap hamba-hamba Allah. Kerusakan yang mereka lakukan terhadap agama Allah dan bahwa mereka adalah orang-orang yang dimurkai Allah SWT karena kezalimannya.

Keenam : ujub dengan banyaknya jumlah anak, pendukung dan pengikut.
Seperti yang diungkapkan Allah SWT dalam QS. Saba [34] : 35 yang berarti “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak dan kami sama sekali tidak akan diazab.”
Terapinya adalah merenungkan tentang kelemahannya, bahwa mereka adalah hamba yang lemah. Sesuai firman Allah SWT pada QS Al Baqarah [2] : 249 yang artinya “… betapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan ijin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang sabar.”

Ketujuh : ujub dengan harta.
Sebagaimana Allah mengungkapkan tentang orang yang memiliki dua kebun di dalam QS Al Kahfi [18] : 34 yang artinya “… Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.”
Terapinya adalah merenungkan tentang keburukan-keburukan harta kekayaan, hak-haknya yang banyak, dan pada pendengkinya yang rakus, serta memperhatikan orang-orang yang fakir dan bahwa mereka akan masuk surga terlebih dahulu pada hari kiamat.
Allah SWT berfirman dalam QS Al ‘Alaq [96] : 6-7 yang artinya “ketahuilah sesungguhnya manusia itu suka sombong kalau telah melihat dirinya kaya.”

Itulah sebabnya maka Dzun Nun mengatakan ada enam sumber kerusakan dunia ini yaitu :
1. Memiliki niat yang lemah dalam melakukan amal untuk akhirat;
2. Tingkah laku banyak diperbudak oleh nafsu;
3. Tidak henti-hentinya menumpuk-numpuk harta, bahkan menjelang ajal sekalipun;
4. Lebih suka menyenangkan makhluk dibandingkan mencari kesenangan dan ridha Allah;
5. Memperturutkan nafsu sehingga tidak menaruh perhatian pada sunnah nabi SAW;
6. Membela diri dengan menyebutkan kesalahan orang lain sambil mengubur prestasi pendahulu-pendahulunya.

Kedelapan : ujub dengan pendapat yang salah.
Berdasarkan QS Fathir [35] : 8 yang artinya “Maka apakah orang yang dijadikan setan menganggap baik pekerjaannya yang jelek lalu ia meyakini pekerjaan itu baik…”
Dalam riwayat Imam Bukhari & Muslim, Nabi SAW meramalkan bahwa umat akhir jaman akan mendominasi sifat-sifat itu. Umat-umat dahulu hancur karena sikap itu, dan umat akhir juga akan hancur karena sikap itu, sebagaimana gambaran Allah SWT dalam QS Al Mukminun [23] : 53 yang artinya “kemudian mereka menjadikan agama mereka terpecah belah, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan golongannya sendiri.”
Terapinya secara umum adalah hendaknya ia selalu introspeksi dengan pendapatnya, tidak ujub dan bangga sambil terpedaya, kecuali jika secara pasti didukung oleh Al Quran dan As Sunnah melalui dalil akal yang benar, ditunjang oleh persyaratan-persyaratan yang lengkap

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

No comments: