Tuesday, June 26, 2007

Menangis & Tangisan

Sayyidina Ali R.A. berkata :
“menangis itu ada tiga macam, yaitu (1) menangis karena takut akan siksa Allah SWT, (2) menangis karena takut akan murka Allah SWT, (3) menangis karena takut terputus dari rahmat Allah SWT.
Tangisan pertama dapat menghapus segala macam bentuk dosa.
Tangisan kedua dapat membersihkan aneka macam aib.
Tangisan ketiga akan mendekatkan diri kepada ridha Allah.
Buah dari dihapusnya segala macam bentuk dosa adalah diselamatkan dari segala bentuk siksaan.
Buah dari dibersihkannya dari aneka macam aib adalah memperoleh kenikmatan abadi dan derajat yang tinggi.Buah dari kedekatan dengan ridha Allah adalah memperoleh kegembiraan dari Allah dengan mendapatkan keridhaanNya dan bisa melihat Dzat Allah secara langsung, mendapat kunjungan kehormatan dari malaikat, dan berlimpahnya balasan baik yang akan diterima.”


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Monday, June 25, 2007

Tertawa & Berkelakar

Rasulullah SAW bersabda : “jauhilah olehmu banyak tertawa, sebab sesungguhnya banyak tertawa itu dapat mematikan hati dan bisa menghilangkan wibawa.” [diriwayatkan dari Abu Dzar RA]

“Berkelakar itu merupakan makar setan yang akan mencelakakan sedikit demi sedikit dan merupakan tipuan hawa nafsu.”

Umar bin Abdul Aziz berkata “Janganlah kalian banyak humor, karena banyak humor itu adalah suatu ketololan yang bisa melahirkan dendam dan bisa menjadikan hati keras.”

Al Mawardi mengatakan dalam bait-bait syairnya :
Berkelakar itu awalnya manis
Tetapi berakhir dengan permusuhan yang sengit
Orang yang terhormat akan menghindarinya
Tetapi orang yang hina menyukainya


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License


Sunday, June 24, 2007

Agar Ilmu BerManFaaT

Diceritakan dalam suatu riwayat bahwa dahulu kala pada masa kaum Bani Israil terdapat seorang lelaki yang memiliki 80 peti penuh dengan kitab-kitab ilmu yang telah dibacanya. Namun ia tidak beroleh manfaat dari ilmunya itu.

Allah SWT pun Menurunkan wahyu kepada NabiNya untuk menyampaikan kepada lelaki itu :
Meskipun engkau mengumpulkan ilmu yang banyak, niscaya ilmu itu tidak akan memberi manfaat bagimu, kecuali jika engkau mengerjakan tiga perkara, yaitu :

PerTaMa
Jangan engkau mencintai dunia, karena dunia bukan tempat orang-orang beriman menerima pahalaNya.

KeDuA
Jangan engkau berteman dengan setan, karena setan bukan teman orang-orang yang beriman.

KeTiGa
Jangan mengganggu seseorang, karena mengganggu orang lain bukanlah pekerjaan orang-orang yang beriman."



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Waspadai Diri Sejak Pagi Hari

Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau pernah bersabda :
Barang siapa di pagi hari mengeluhkan kesulitan hidupnya [kepada orang lain], berarti seakan-akan dia mengeluhkan Rabb-nya.
Barang siapa di pagi hari bersedih karena urusan duniawinya, berarti sungguh di pagi itu dia tidak puas dengan ketetapan Allah SWT.
Barang siapa menghormati seseorang karena kekayaannya, sungguh telah lenyaplah sepertiga agamanya.


Melakukan pengaduan atas nasib buruk yang dialami seseorang kepada orang lain adalah pertanda tidak ridha atas bagian yang telah diberikan oleh Allah SWT. Diri tidaklah diperkenankan melakukan pengaduan itu, kecuali hanya kepada Allah SWT, sebab pengaduan kepada Allah SWT termasuk do'a.

Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat dari Abdullah bin Mas'ud RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda : Maukah aku ajarkan kepada kalian beberapa kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Nabi Musa AS ketika menyeberangi lautan bersama Bani Israil ?. Kami [para sahabat] menjawab : tentu saja kamu mau, ya Rasulullah. Beliau bersabda : bacalah "Allahumma lakal hamdu wa ilaikan musytakaa, wa antal musta'aan, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil 'Aliyyil 'Azhiim" [ya Allah, segala puji hanya bagiMu, hanya kepadaMu-lah kami mengadu, dan hanya kepadaMu-lah kami memohon pertolongan. Tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung].

Orang yang di pagi hari bersedih karena urusan duniawi dikatakan telah membenci Rabb-nya, sebab hal ini mencerminkan bahwa dia tidak ridha dengan qadha' Allah, tidak bersabat atas cobaanNya, dan tidak beriman dengan qadarNya. Padahal semua yang terjadi di dunia ini adalah atas qadha' dan qadar Allah SWT.

Seseorang dilarang memuliakan orang lain karena hartanya, sebab menurut syari'at, orang hanya boleh memuliakan orang lain karena keshalihan dan ilmunya. Orang yang memuliakan harta di atas segala-galanya berarti telah menghinakan ilmu dan keshalihan.

Syeikh Abdul Qadir Al Jaelani, semoga Allah Mensucikan Rahasianya, berkata dalam pesannya :
"Seorang mukmin tidak boleh lepas dari tiga hal berikut :
1. Melaksanakan perintah Allah SWT;
2. Menjauhi larangan Allah SWT;
3. Menerima qadha' dan qadar."


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Kerugian Yang Nyata

Seorang penyair berkata :

Wahai orang yang sibuk dengan dunia,
Sungguh ia telah tertipu oleh panjangnya angan-angan
Atau selalu berada dalam kelalaian
Hingga ajal mendekatinya
Kematian itu datang tanpa pemberitahuan
Balasan amal perbuatan menanti di alam kubur
Bersabarlah dalam menghadapi kesusahan dunia
Sebab tiada kematian kecuali jika ajalnya



Rasulullah SAW bersabda :

Menjauhi kesenangan duniawi lebih pahit rasanya daripada pahitnya bratawali dan lebih menyakitakan daripada sabetan pedang di medan peperangan. Tiada seorangpun yang menjauhinya, melainkan dianugerahi oleh Allah SWT pahala yang sama seperti yang diberikanNya kepada para syuhada. Cara menjauhi kesenangan duniawi adalah dengan sedikit makan dan tidak terlalu kenyang serta tidak suka dipuji orang.
Barang siapa yang suka dipuji orang berarti dia menyukai dunia dan kesenangannya. Oleh karena itu, barang siapa yang ingin meraih kesenangan yang hakiki hendaklah menjauhi keduniawian dan pujian orang lain.
Barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya. Maka Allah SWT akan membuat baik semua urusannya, menjadikan kekayaannya ada di hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dengan mudah.
Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah SWT akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran ada di depan matanya, dan dunia tidak akan datang kepadanya, kecuali sebatas yang ditentukan.


[HR Dailami]


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License


Tuesday, June 12, 2007

Siapakah Syaikh Abdul Qadir Jaelani ?

Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang 'alim di Baghdad. Biografi beliau dimuat dalam Kitab Adz Dzail 'Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali. Buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Imam Ibnu Rajab menyatakan bahwa Syeikh Abdul Qadir Al Jailani lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga dengan Kailan. Sehingga diakhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy. Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi'ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.

Beliau meninggalkan tanah kelahiran, dan merantau ke Baghdad pada saat beliau masih muda. Di Baghdad belajar kepada beberapa orang ulama' seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein Al Farra' dan juga Abu Sa'ad Al Muharrimi.

Beliau belajar sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama'. Suatu ketika Abu Sa'ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil-kecilan di daerah yang bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini diserahkan sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memberikan nasehat kepada orang-orang yang ada tersebut. Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasehat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah itu tidak kuat menampungnya. Maka, diadakan perluasan.

Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama' terkenal. Seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun kitab Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Juga Syeikh Qudamah penyusun kitab figh terkenal Al Mughni.

Syeikh Ibnu Qudamah rahimahullah ketika ditanya tentang Syeikh Abdul Qadir, beliau menjawab, "kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian terhadap kami. Kadang beliau mengutus putra beliau yang bernama Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu." Syeikh Ibnu Qudamah sempat tinggal bersama beliau selama satu bulan sembilan hari.

Kesempatan ini digunakan untuk belajar kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sampai beliau meninggal dunia. 1)

Beliau adalah seorang 'alim. Beraqidah Ahlu Sunnah, mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak (pula) orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, "thariqah" yang berbeda dengan jalan Rasulullah, para sahabatnya, dan lainnya. Diantara perkataan Imam Ibnu Rajab ialah, "Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syeikh, baik 'ulama dan para ahli zuhud".

Beliau banyak memiliki keutamaan dan karamah. Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri' Abul Hasan Asy Syathnufi Al Mishri (orang Mesir) 2) mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid kitab. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar (kebohongannya). Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan segala yang dia dengar. Aku telah melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tentram untuk berpegang dengannya, sehingga aku meriwayatkan apa yang ada di dalamnya. Kecuali kisah-kisah yang telah mansyhur dan terkenal dari selain kitab ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh (dari agama dan akal), kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak berbatas.3)

Semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah. Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja'far Al Adfwi 4) telah menyebutkan, bahwa Asy Syath-nufi sendiri tertuduh berdusta atas kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini." 5)

Imam Ibnu Rajab juga berkata, "Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu ma'rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang dengan sunnah. Beliau membantah dengan keras terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah." Syeikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah, "Dia (Allah) di arah atas, berada di atas 'arsyNya, meliputi seluruh kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu."

Kemudian beliau menyebutkan ayat-ayat dan hadist-hadist, lalu berkata, "Sepantasnya menetapkan sifat istiwa' (Allah berada di atas 'arsyNya) tanpa takwil (menyimpangkan kepada makna lain). Dan hal itu merupakan istiwa' dzat Allah di atas arsys." 6) Ali bin Idris pernah bertanya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, "Wahai tuanku, apakah Allah memiliki wali (kekasih) yang Tidak berada di atas aqidah (Imam) Ahmad bin Hambal?" Maka beliau menjawab, "Tidak pernah ada dan tidak akan ada." 7)

Perkataan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani tersebut juga dinukilkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Al Istiqamah I/86. Semua itu menunjukkan kelurusan aqidahnya dan penghormatan beliau terhadap manhaj Salaf.

Sam'ani berkata, "Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau."

Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A'lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut, "Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat."

Imam Adz Dzahabi menukilkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan Syeikh Abdul Qadir yang aneh-aneh sehingga memberikan kesan seakan-akan beliau mengetahui hal-hal yang ghaib. Kemudian mengakhiri perkataan, "Intinya Syeikh Abdul Qadir memiliki kedudukan yang agung. Tetapi terdapat kritikan-kritikan terhadap sebagian perkataannya dan Allah menjanjikan (ampunan atas kesalahan-kesalahan orang beriman). Namun sebagian perkataannya merupakan kedustaan atas nama beliau." (SiyarXX/451).

Imam Adz Dzahabi juga berkata, "Tidak ada seorangpun para kibar masyasyeikh yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak diantara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi".

Syeikh Rabi' bin Hadi Al Madkhali berkata dalam kitabnya, Al Haddul Fashil, hal.136, "Aku telah mendapatkan aqidah beliau (Syeikh Abdul Qadir Al Jailani) di dalam kitabnya yang bernama Al Ghunyah. 8) Maka aku mengetahui dia sebagai seorang Salafi. Beliau menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dan aqidah-aqidah lainnya di atas manhaj Salaf. Beliau juga membantah kelompok-kelompok Syi'ah, Rafidhah, Jahmiyyah, Jabariyyah, Salimiyah, dan kelompok lainnya dengan manhaj Salaf." 9)

Inilah tentang beliau secara ringkas. Seorang 'alim Salafi, Sunni, tetapi banyak orang yang menyanjung dan membuat kedustaan atas nama beliau. Sedangkan beliau berlepas diri dari semua kebohongan itu. Wallahu a'lam bishshawwab.

Kesimpulannya beliau adalah seorang 'ulama besar. Apabila sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjung-nyanjungnya dan mencintainya, maka suatu kewajaran. Bahkan suatu keharusan. Akan tetapi kalau meninggi-ninggikan derajat beliau di atas Rasulullah Shalallahhu 'alaihi wassalam, maka hal ini merupakan kekeliruan. Karena Rasulullah Shalallahhu 'alaihi wassalam adalah rasul yang paling mulia diantara para nabi dan rasul. Derajatnya tidak akan terkalahkan di sisi Allah oleh manusia manapun.

Adapun sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do'a mereka. Berkeyakinan bahwa do'a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Allah, kecuali dengan perantaranya. Ini juga merupakan kesesatan. Menjadikan orang yang meninggal sebagai perantara, maka tidak ada syari'atnya dan ini diharamkan. Apalagi kalau ada orang yang berdo'a kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do'a merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak diberikan kepada selain Allah. Allah melarang mahluknya berdo'a kepada selain Allah,

"Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya Disamping (menyembah) Allah." (QS.Al-Jin:18)

Jadi sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk memperlakukan para 'ulama dengan sebaik mungkin, namun tetap dalam batas-batas yang telah ditetapkan syari'ah.

Akhirnya mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita sehingga tidak tersesat dalam kehidupan yang penuh dengan fitnah ini.

Wallahu a'lam bishshawab.

Catatan Kaki:
1) Siyar A'lamin Nubala XX/442
2) Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Yusuf bin Jarir Al Lakh-mi Asy Syath-Nufi.
Lahir di Kairo tahun 640 H, meninggal tahun 713 H. Dia dituduh berdusta dan tidak bertemu dengan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani.
3) Seperti kisah Syeikh Abdul Qadir menghidupkan ayam yang telah mati, dan sebagainya.
4) Nama lengkapnya ialah Ja'far bin Tsa'lab bin Ja'far bin Ali bin Muthahhar bin Naufal Al Adfawi. Seorang 'ulama bermadzhab Syafi'i. Dilahirkan pada pertengahan bulan Sya'ban tahun 685 H. Wafat tahun 748 H di Kairo. Biografi beliau dimuat oleh Al Hafidz di dalam kitab Ad Durarul Kaminah, biografi nomor 1452.
5) Dinukil dari kitab At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa'dah 1415 H / 8 April 1995 M.
6) At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 515.
7) At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 516.
8) Lihat kitab Al-Ghunyah I/83-94.
9) At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa'dah 1415H / 8 April 1995 M.


Tulisan ini dikutip dari :
http://www.assunah.or.id

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Terbaik dari yang Terbaik

Rekreasi terindah adalah bekerja
Sebaik-baik pekerjaan adalah berda'wah

Keberanian terbesar adalah sabar
Sebaik-baik kesabaran adalah sabar dalam keta'atan

Guru terbaik adalah pengalaman
Sebaik-baik pengalaman adalah hijrah

Kebanggaan terbesar adalah kematian
Sebaik-baik kematian adalah mati syahid

Kekuatan terbesar adalah berpikir
Sebaik-baik berpikir adalah memikir umat

Pemberian terbaik adalah partisipasi
Sebaik-baik partisipasi adalah jihad

Modal terbaik adalah percaya diri
Sebaik-baik percaya diri adalah kebanggaan sebagai Muslim



sumber : anonim

Semoga Allah Berkenan Memasukkan diri kita dan keluarga ke dalam golongan yang mampu menegakkan syiar Islam selama perjalanan kehidupan ruh sejati, tetap kukuh dari awal hingga akhir perjalanan, aamin..

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License


Monday, June 11, 2007

Arti Cinta [Mahabbah]

oleh FK Yuwono

Berapa banyak perempuan di masa kita berusaha mengisi kekosongan diri dengan cinta yang didasarkan pada kaitan dengan sesuatu atau makhluk ciptaan. Allah SWT, Sang MahaRaja Tertinggi, telah bersemayam dalam diri setiap orang, bahwa Allah SWT telah menciptakan kalbu, yang harus diisi dan dipenuhi; baik oleh ketaatan dan pelayanan kepada Allah SWT, atau ketaatan dan pelayanan kepada selain Allah SWT. Setiap kalbu memiliki perasaan, keinginan dan fluktuasinya.

Pertanyaannya adalah “akankah perasaan, keinginan dan fluktuasinya itu diarahkan langsung kepada Allah SWT saja, ataukah kesemuanya itu diarahkan kepada selain Allah SWT ?.” Hanya pilihan pertamalah yang sebenarnya ketaatan dan ketakwaan murni dari kalbu kita kepada Allah SWT.

Bentuk ‘Ubudiyyah kalbu kepada hal-hal selain daripada Allah SWT sangat beragam. Terkadang ketaatan dan pelayanan kepada uang, terkadang kepada kekuasaan dan posisi, terkadang kepada perempuan atau laki-laki; dan hal-hal lain yang sangat disukai oleh manusia. Namun apapun yang disukai manusia dapat menurunkan ketaatan dan pemujaan kepada Allah SWT atau bahkan dapat meniadakan Allah SWT dalam kalbunya. [Penghambaan Hati oleh Syekh Sulaiman as-Sulaime: Al-Ibanah, terbitan no.1 1415H].

Jadi, sumber yang paling utama dari kedamaian dan kenyamanan yang mereka sedang cari dalam kehidupannya, hanya dapat berasal dari kecintaan mereka kepada Allah, dan keterkaitan kepada tiap orang dan tiap benda yang diperlukan oleh kecintaan tersebut dan tuntutan kecintaan itu.

Abu Bakar Al-Kataanee berkata “sebuah diskusi tentang cinta [mahabbah] terjadi di Mekah, selama musim haji. Syekh yang melontarkan topik pembicaraan ini, dan Al-Junaed adalah yang termuda di antara hadirin majlis itu. Beliau berkata kepadanya, “apakah yang engkau katakana, hai orang Irak ?”, sehingga Al Junaed menundukkan kepalanya dan matanya berkaca-kaca, kemudian ia berkata “seorang pelayan seharusnya mengendalikan jiwanya, dan secara terus-menerus mengingat Tuhannya, mengukuhkan hak-hak Tuhannya, focus kepadaNya dalam kalbunya, cahaya ketakutan terpatri di kalbunya, minum dari gelas cinta yang murni, dan beberapa realita tersembunyi disingkapkan padaNya. Jadi saat ia berkata, perkataannya karena Allah, saat ia berbicara, pembicaraannya dari Allah, saat ia bergerak, gerakan itu atas perintah Allah, dan saat ia mengingatkan, maka itu berasal dari Allah, dirinya adalah milik Allah, untuk Allah, dan bersama Allah.” Mendengar perkataan ini, sang Syekh kontan menangis, dan ia berkata, “tiada hal yang luput disebutkan, semoga Allah Memberi pahala padamu atas mahkota dari orang yang mampu berpengetahuan.”

Ujian Cinta Sejati

Dalam Fath ul-Majeed Sharh kitab At Tawheed [halaman 470-473] Syekh ‘Abdur-Rahman Ibnu Hasan berkata “Allah SWT, Sang Maha Raja Tertinggi bersabda, “jika engkau benar-benar mencintai Allah, ikutilah Aku, dan Allah Akan Mencintaimu.” [QS Ali Imran ayat 31]. Ayat ini dikenal pula dengan sebutan Ayaatul-Mahabbah [ayat tentang Cinta].

Beberapa Salaf pernah berkata “orang yang mengatakan bahwa mereka mencintai Allah SWT, maka Allah SWT, Sang Maha Raja Tertinggi, menurunkan ayat tentang Mahabbah [Cinta] yaitu “jika engkau benar-benar mencintai Allah, ikuti Aku, dan Allah akan Mencintaimu.”.” [Al Hasan Al Basri, diriwayatkan pada tafsir Ibnu Katsir (1/366)].

Oleh karena itu ayat ini mengindikasikan pembuktian dan bukti-bukti Cinta [mahabbah] dan buah dari cinta itu beserta keuntungan-keuntungannya. Jadi, dari pembuktian Cinta [mahabbah] dan pertanda yang jelas adalah ikutilah RasulNya [Nabi Muhammad SAW]; dan dari hasilnya serta benefitnya adalah bahwa Allah Akan Mencintaimu. Jadi, siapapun yang tidak berusaha mengikuti Rasulullah [Nabi Muhammad SAW], maka orang itu tidak akan tersentuh cinta Allah.

Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat menemukan atau mengembangkan cinta sejati ini ? ...

Ibnu Al Qayim (rahimullah) berkata : “
Hal-hal yang menyebabkan Mahabbah [cinta] Allah SWT untuk tumbuh berkembang adalah :

PeRTaMa
Membaca Qur’an, merefleksikan dan mengerti kandungan dan maknanya.

KeDuA
Mendekati Allah SWT, Sang Maha Raja Tertinggi, melalui ibadah-ibadah pilihan, setelah memenuhi ibadah wajib.

KeTiGa
Secara terus-menerus dalam zikir [ingat] kepada Allah SWT, dengan lidah, hati dan jiwanya, dalam segala kondisi. Semakin konstan berzikir, semakin berkembang dan intens rasa cinta itu.

KeEmPaT
Memberikan lebih dahulu apa yang Allah cintai di atas cinta pribadi, ketika diri dikuasai oleh keinginan diri.

KeLiMa
Mengenali dan mengingat pemberian dan kenikmatan yang Allah SWT berikan baik manifestasinya di keseharian maupun yang bersifat tersembunyi [tak nampak mata].

KeEnAm
Menjadi rendah hati dan taat di hadapan Allah SWT, dan ini hal yang paling penting.

KeTuJuH
Membaca Qur’an, selama waktu dimana Allah SWT Turun ke surga terendah [yaitu saat sepertiga malam terakhir], menyelesaikan bacaan Qur’an ini dengan memohon ampunan dariNya dan tafakur pada Allah SWT.

KeDeLaPaN
Duduk bersama orang-orang yang mencintai Allah SWT dengan tulus hati, rauplah manisnya buah dari pembicaraan mereka, dan tidak bicara kecuali ada manfaat di dalamnya, dan bahwa engkau tahu pembicaraan itu akan meningkatkanmu dalam kebaikan dan akan bermanfaat bagi orang lain.

KeSemBiLan
Menjauhi seluruh sebab yang menjadikan kalbumu jauh dari Allah SWT, Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta.

Itulah alasan-alasan yang menyebabkan orang dapat mengembangkan cinta sejati untuk Allah SWT dan untuk mencapai tingkatan Al-Mahabbah, denganmana ia meraih kecintaanNya [Madariyus Salikin (3/17-18)].

Oleh karena itu saudara-saudaraku muslimah yang disayangi Allah, peganglah kuat-kuat akan hal ini, implementasikan, raihlah, rajutlah kesemuanya ke dalam kehidupanmu, dan insyaAllah engkau akan faham arti dari Cinta Sejati.

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Seorang Mu'min adalah Sebuah Cermin bagi Seorang Mu'min (lainnya)

Oleh FK Yuwono


Nabi Muhammad SAW berkata bahwa seorang mukmin adalah cermin bagi seorang mukmin [lainnya].

Kualitas dari sebuah cermin adalah :

PerTaMa
Untuk menunjukkan gambaran nyata dari seseorang, sebuah cermin haruslah bersih dan bebas dari kotoran itu sendiri. Oleh karenanya seorang mukmin atau mukminah perlu membersihkan / mensucikan kalbunya, pikirannya dan tindakannya, untuk memenuhi kualitas sebagai sebuah cermin dari saudaranya sesama mukmin/mukminah;

KeDuA
Sebuah cermin selalu menunjukkanmu, gambaran dirimu yang aktual. Cermin tidak akan menyembunyikan ketidaksempurnaanmu [semoga Allah SWT Berkenan Mengampuni kami dalam menggunakan istilah ini bagi ciptaanNya yang sempurna]. Cermin bukanlah sebuah pencarian untuk membuat diri kita bahagia atau sedih dengan mempertunjukkan diri kita dalam rupa yang sebaliknya. Cermin secara sederhana merefleksikan bagaiamana rupa diri kita, secara jujur dan benar;

KeTiGa
Begitu engkau menjauhi cermin, pada saat engkau kembali, cermin tidak akan mengingatkanmu pada situasi yang ditampakkannya padamu sebelumnya. Samahalnya seperti engkau baru saja terbangun dari tidur, dan melihat ke cermin dengan penampilan yang berantakan, kemudian saat engkau telah berpenampilan rapi, cermin tidak akan menceritakanmu penampilanmu yang tampak sebelumnya;

KeEmpaT
Cermin menjaga rahasia-rahasia. Sekali engkau menjauh dari cermin, gambaran dirimu lenyap bersamamu. Cermin tidak akan menampakkan gambaran dirimu pada orang lain yang datang menghampirinya untuk berkaca. Seberapa lamapun engkau berdiri berkaca di depan cermin, dan berapa banyak rahasia yang engkau katakana padanya. Cermin akan mengubur rahasia-rahasiamu dalam dirinya, and tidak akan pernah menceritakannya kepada orang lain;

KeLimA
Seiring dengan kesalahan-kesalahanmu, cermin menunjukan padamu, kecantikan dan kesempurnaan dirimu. Cermin itu adil dan pemberi semangat [spirit]. Saat engkau tersenyum pada cermin, cermin akan memberitahumu kebiasaan baik yang engkau miliki.

Semoga Allah SWT Berkenan Memberikan kebijaksanaan untuk menjadi sebuah cermin bagi saudara kami, dan semoga Allah SWT Melingkupi kami dengan orang-orang yang ingin menjadi cermin-cermin itu, aamin.

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Kidung Rumekso Ing Wengi

By Kanjeng Wali Sunan Kalijogo


Ana kidung rumeksa ing wengi,
Teguh ayu luputa ing lara,
Luputa bilahi kabeh,jin setan datan purun,
Paneluhan tan ana wani, miwah panggawe ala,
Gunane wong luput, geni anemahan tirta,
Maling adoh tan ana ngarah ing kami, guna duduk pan sirna.
Sakehin lara pan samja bali,
Sakehing ama sami miruda, welas asih pandulune,
Sakehing bradja luput, kadi kapuk tibanireki,
Sakehing wisa tawa, sato kuda tutut,
Kayu aeng lemah sangar songing landak,
Guwaning mong lemah miring, mjang pakiponing merak.

Pagupakaning warak sakalir,
Nadyan artja mjang sagara asat,
Satemah rahayu kabeh, dadi sarira aju,
Ingideran mring widhadari, rinekseng malaekat,
Sakatahing rusuh, pan dan sarira tunggal,
Ati Adam utekku Bagenda Esis, pangucapku ya Musa.

Napasingun Nabi Isa luwih,
Nabi Yakub pamiyarsaningwang,
Yusuf ing rupaku mangke,
Nabi Dawud swaraku,
Yang Suleman kasekten mami,
Ibrahim nyawaningwang,
Idris ing rambutku, Bagendali kulitingwang,
Abu Bakar getih, daging Umar singgih, balung Bagenda Usman.

Sungsumingsun Fatimah Linuwih,
Siti Aminah bajuning angga,
Ayub minangka ususe, sakehing wulu tuwuh,
Ing sarira tunggal lan Nabi, Cahyaku ya Muhammad,
Panduluku Rasul, pinajungan Adam syara",
Sampun pepak sakatahing para nabi, dadi sarira tunggal.
Wiji sawiji mulane dadi, pan apencar dadiya sining jagad,
Kasamadan dening Dzate, kang maca kang angrungu,
Kang anurat ingkang nimpeni,
Rahayu ingkang badan, kinarya sesembur,
winacaknaing toja, kinarya dus rara tuwa gelis laki, wong edan dadi waras.

Lamun arsa tulus nandur pari puwasaa sawengi sadina,
Iderana gelengane, wacanen kidung iki,
Sakeh ama tan ana wani,
Miwah yen ginawa prang wateken ing sekul,
Antuka tigang pulukan, mungsuhira lerep datan ana wani, teguh ayu pajudan.
Lamun ora bisa maca kaki, winawera kinarya ajimat,
Teguh ayu penemune, lamun ginawa nglurug,
Mungsuhira datan udani, luput senjata uwa,
Iku pamrihipun, sabarang pakaryanira,
Pan rineksa dening Yang Kang Maha Suci, sakarsane tineken.

Lamun ana wong kabanda kaki,
Lan kadenda kang kabotan utang, poma kidung iku bae,
Wacakna tengah dalu, ping salawe den banget mamrih,
Luwaring kang kabanda, kang dinenda wurung,
Dedosane ingapura, wong kang utang sinauran ing Yang Widdhi, kang dadi waras.

Sing sapa reke arsa nglakoni, amutiha amawa,
Patang puluh dina wae, lan tangi wektu subuh,
Lan den sabar sukur ing ati,
Insya Allah tineken, sakarsanireku,
Njawabi nak - rakyatira,
Saking sawab ing ilmu pangiket mami, duk aneng Kalijaga.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Serat Wirid Hidayat Jati

Anggitanipun Panjenenganipun Raden Ngabehi Ranggawarsita
Kapethil saking serat Jawi Kandha ing Surakarta Hadiningrat tahun 1908

Ditulis oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito
Dipublikasikan dari Serat Jawi Kanda di Surakarta, dan dicetak oleh N.V. Mij. t/v d/z ALBERT RUSCHE & CO., Surakarta tahun 1908.

Aneka pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji.

Inilah sebuah petunjuk yang benar yang menjelaskan tentang ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari ajaran para ahli hikmah di tanah Jawa, yang hendak membuka hakikat kesempurnaan sejati, sebuah pelajaran dari kitab Tasawuf, tersingkapnya ajaran ini terpancar dari kebersihan jiwa heningnya alam pikiran, yaitu tanggapnya rasa atas cipta Tuhan, dengan ihlash mengawali pelajaran ini yakni dengan menukil Firman Allah kepada Nabi Musa AS yang bermakna : Yang sebenar- benar manusia itu adalah kenyataan (adanya) Tuhan, dan Tuhan itu Maha Esa.

Pangandikaning Pangeran ingkang makatên wau, inggih punika ingkang kawêdharakên dening para gurunadi dhatêng para ingkang sami katarimah puruitanipun. Dene wontên kawruh wau, lajêng kadhapuk 8 papangkatan, sarta pamêjanganipun sarana kawisikakên ing talingan kiwa. Mangêrtosipun asung pêpengêt bilih wêdharing kawruh kasampurnan, punika botên kenging kawêjangakên dhatêng sok tiyanga, dene kengingipun kawêjangakên, namung dhatêng tiyang ingkang sampun pinaringan ilhaming Pangeran, têgêsipun tiyang ingkang sampun tinarbuka papadhanging budi pangangên-angênipun (ciptanipun).

Firman Allah yang demikian ini yang diajarkan oleh para ahli (mursyid) kepada sesiapa yang diterima penghambaannya(salik). Dimana ajaran itu, kemudian teringkas menjadi 8 hal, penyampaiannya dengan cara membisikkan ke telinga murid sebelah kiri. Pemahaman semacan ini memberikan pengertian bahwa ilmu 'kasampurnan' ini tidak seyogyanya diajarkan kepada sembarang orang, kecuali kepada orang-orang yang telah mendapat hidayah dari Allah SWT, artinya orang yang telah tercerahkan dirinya (ciptanya).

Awit saking punika, pramila ingkang sami kasdu maos sêrat punika sayuginipun sinêmbuha nunuwun ing Pangeran, murih tinarbuka ciptaning sagêd anampeni saha angêcupi suraosing wejangan punika, awit suraosipun pancen kapara nyata yen saklangkung gawat. Mila kasêmbadanipun sagêd angêcupi punapa suraosing wêjangan punika, inggih muhung dumunung ing ndalêm raosing cipta kemawon.

Maka dari itu, barang siapa yang sudi membaca tulisan ini seyogyanya berlandaskan permohonan kepada Allah, agar kiranya dapat terbuka ciptanya hingga mampu menerima dan memahami maknanya, karena makna dari ajaran ini ternyata sangat rumit/berbahaya. Maka bisanya memahami ajaran ini tidak lain hanya berada di dalam cipta - rasa pribadi.

Mila inggih botên kenging kangge wiraosan kaliyan tiyang ingkang dereng nunggil raos, inggih ingkang dereng kêparêng angsal ilhaming Pangeran. Hewa dene sanadyana kangge wiraosing kaliyan tiyang ingkang dereng nunggil raos, wêdaling pangandika ugi mawia dudugi lan pramayogi, mangêrtosipun kêdah angen mangsa lan êmpan papan saha sinamun ing lulungidaning basa.

Maka tidak boleh kiranya untuk didiskusikan dengan orang yang belum sampai atau belum mengunggal rasanya dengan kita, yaitu orang yang belum menerima hidayah dari Allah SWT. Walau demikian seandainya harus disampaikan kepada orang yang belum sampai, hendaknya disampaikan dengan sangat hati-hati, melihat situasi- kondisi, waktu dan tempat yang tepat serta disampaikan dengan kiasan bahasa yang indah.

Mênggah wontêning wêwêjangan 8 pangkat wau, kados ing ngandhap punika:

Delapan wejangan tersebut di atas, sebagaimana di bawah ini:

I.1. Wêwêjangan ingkang rumiyin, dipun wastani: pitêdahan wahananing Pangeran, sasadan pangandikanipun Pangeran dhatêng Nabi Mohammad s.a.w. Makatên pangandikanipun: Sajatine ora ana apa-apa, awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhihin iku ingsun, ora ana Pangeran anging ingsun sajatine kang urip luwih suci, anartani warna aran lan pakartiningsun (zat, sifat, asma, af’al).

I.1 Wejangan yang pertama, disebut pelajaran akan sifat-sifat Allah. Sebagaimana firman Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang bermakna kurang lebih begini: Sesungguhnya tidak ada apa-apa tatkala sebelum masa penciptaan, yang ada (paling awal) itu hanya Aku, tidak ada Tuhan kecuali Aku yang Hidup dan Maha Suci baik asma maupun sifatKu (dzat, sifat, asma, af'al).

I.2. Mênggah dunungipun makatên: kang binasakake angandika ora ana Pangeran anging ingsun, sajatine urip kang luwih suci, sajatosipun inggih gêsang kita punika rinasuk dening Pangeran kita, mênggahing warna nama lan pakarti kita, punika sadaya saking purbawisesaning Pangeran kita, inggih kang sinuksma, têtêp tintêtêpan, inggih kang misesa, inggih kang manuksma, umpami surya lan sunaripun, mabên lan manisipun, sayêkti botên sagêd den pisaha.

I.2. Yang dimaksud begini: Yang digambarkan tiada tuhan kecuali aku, hakekat hidup yang suci, sesungguhnya hidup kita ini adalah melambangkan citra Allah, sedang nama dan perbuatan kita itu semua berasal dari Kemahakuasaaan Allah, yang 'menyatu' ibarat matahari dan sinarnya, madu dengan manisnya, sungguh tiada terpisahkan.


II.1. Wêwêjangan ingkang kaping kalih, dipun wastani: Pambuka kahananing Pangeran, pamêjangipun amarahakên papangkatan adêging gêsang kita dumunung ing dalêm 7 kahanan, sasadan pangandikanipun Pangeran dhatêng Nabi Mohammad s.a.w. Makatên pangandikanipun: Satuhune ingsun Pangeran sajati, lan kawasan anitahakên sawiji-wiji, dadi padha sanalika saka karsa lan pêpêsteningsun, ing kono kanyatahane gumêlaring karsa lan pakartiningsun, kang dadi pratandha.

II.1 Wejangan yang kedua adalah : Pengertian adanya Allah., Wejangan ini mengajarkan bahwa elemen hidup kita ini berada pada 7 keadaan, sebagaimana firman Allah kepada Muhammad SAW yang maknanya begini: Sesungguhnya Aku adalah Allah, yang berkuasa menciptakan segala sesuatu dengan kun fa yakun dari qodrat dan iradatKu, yang demikian ini menjadi pertanda bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

II.2. Kang dhihin, ingsun gumana ing dalêm awang-uwung kang tanpa wiwitan tanpa wêkasan, iya iku alam ingsun kang maksih piningit.

II.2. Yang pertama, Aku ada dalam ketiadaan yang tanpa awal serta tanpa akhir, itulah alamKu yang Maha Gaib.

II.3. Kapindho, ingsun anganakake cahya minangka panuksmaningsun dumunung ana ing alam pasênêdaningsun.

II.3. Kedua, Aku mengadakan cahaya sebagai manifestasiKu, berada dalam kehendakKu.

II.4. Kaping têlu, ingsun anganakake wawayangan minangka panuksma lan dadi rahsaningsun, dumunung ana ing alam pambabaraning wiji.

II.4. Ketiga, Aku menciptakan bayang-bayang sebagai pertanda citraKu, yang berada pada alam kejadian/penciptaan (mula-jadi).

II.5. Kaping pat, ingsun anganakake suksma minangka dadi pratandha kauripaningsun, dumunung ana ing alaming gêtih.

II.5. Keempat, Aku mengadakan ruh sebagai pertanda hidupku, yang berada pada darah.

II.6. Kaping lima, ingsun anganakake angên-angên kang uga dadi warnaningsun, ana ing dalêm alam kang lagi kêna kaumpamaake bae.

II.6. Kelima, Aku mengadakan angan-angan yang juga menjadi sifatku, yang berada pada alam yang baru boleh diumpamakan saja.

II.7. Kaping ênêm, ingsun anganakake budi, kang minangka kanyatahan pêncaring angên-angên kang dumunung ana ing dalêm alaming badan alus.

II.7. Keenam, Aku mengadakan budi, yang merupakan kenyataan penjabaran angan- angan yang berada pada alam ruhani.

II.8. Kaping pitu, ingsun anggêlar warana kang minangka kakandhangan sakabehing paserenaningsun. Kasêbut nêm prakara ing dhuwur mau tumitah ana ing donya iya iku sajatining manungsa.

II.8. Ketujuh, aku menggelar akal sebagai sentral/wadah atas semua ciptaanku. Enam perkara tersebut di atas tercipta di dunia yang merupakan hakikat manusia.

Cinta

Oleh FK Yuwono

Nampaknya telah menjadi suatu prilaku yang biasa bagi manusia, saat kita cenderung untuk kurang memberikan perhatian dan kasih sayang kepada pihak yang benar-benar mencintai diri kita ini. Pada awalnya perasaan memiliki seseorang yang spesial dapat membuat diri kita segan untuk berjauhan dengannya, kita inginkan jam waktu tak berputar agar tak sejenakpun terpisahkan, pada saat kali pertama, hal ini umum terjadi. Kemudian, seiring waktu berjalan, perasaan tak-ingin-terpisahkan itu berangsur terkikis dengan caranya sendiri. Seorang Psikolog mengatakan kondisi ini adalah hal yang alami dalam suatu hubungan jangka panjang. Beberapa pasangan menjadi semakin dekat dan semakin kuat tali hubungan mereka, beberapa pasangan malah menjadi semakin menjauh dan bahkan berpisah. Alasan kesemua itu adalah karena cinta, cinta yang membuat mereka dekat, mereka menjauh atau bahkan bercerai.

Mengapa cinta menjadi alasan dari perpisahan, perang, penghacuran, prilaku kekerasan lainnya ?. Apakah benar yang menjadi sebab adalah cinta, ataukah hanya distorsi dari pengertian cinta itu sendiri ?… cinta yang seperti apakah yang sebenarnya dapat membuat seluruh hal bersatu dalam keharmonisan sepanjang waktu, cinta yang mampu menyatukan perbedaan atau perselisihan ke dalam satu tujuan perdamaian, keseimbangan, semua aspek dalam waktu singkat tanpa dapat diperdebatkan ? ..

Jikalau orang ingin jujur pada dirinya, tanyakan ke dalam kalbu terdalam, bebaskan pikiran dari batasan-batasan, pastilah mereka akan mendapatkan jawaban yang sama akan pertanyaan-pertanyaan itu. Jawaban yang sejuk dan bersih, disirami oleh kebenaran sejati hidup itu sendiri. Jika mereka beruntung, pada saat yang bersamaan, mereka akan menemukan rahasia kehidupan cinta, cinta sejati yang tak kan pernah berakhir karena waktu dan limitasi, sumber dan pencipta dari cinta yang abadi.

Begitu kalbu kita berniat mencari cinta sejati dengan pikiran yang murni dan tanpa ego serta semangat yang tinggi, kita pasti akan dibantu oleh cahaya Sang Maha Raja Tertinggi untuk bertemu dan dipertemukan dengan cinta yang abadi. Cinta tertinggi [mahabbah] tidak akan pudar karena waktu… atau terkikis karena usia… atau hilang karena prilaku atau peristiwa destruktif, sebaliknya, cinta itu akan semakin kuat dan dalam, selalu damai, tentram dan harmonis, bagi seluruh makhluk yang hidup di dunia fana ini.

mari berpacu dengan waktu untuk menemukan sumber dari kehidupan cinta kita, murni dari dosa, cahaya putih menyelimutimu, sebelum waktu ajal menjemput dan engkau menyesalkan duniamu di masa lalu..

Cahaya di atas cahaya..

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Sebuah Perjalanan

Oleh FK Yuwono

Sebuah perjalanan yang panjang tiada akhir saat ini terhenti tuk sementara di sebuah dunia. Dunia yang dipenuhi oleh perasaan, emosi dan kegelapan, sebuah tempat dimana kehidupan “orang mati” memiliki kesibukan aktivitas sendiri-sendiri dan kreasi untuk menerangi dunianya.

Banyak orang yang menikmati ritme dunia ini, menghabiskan seluruh waktunya untuk terlibat di dalamnya, tertawa dan berpesta dalam “kematian”. Di sisi lain terdapat orang-orang yang sabar dan rendah hati, banyak berpikir akan kapankah mereka akan “hidup”, menghabiskan waktunya mempersiapkan logistik termasuk peta, lampu (cahaya) dan ilmu pengetahuan untuk dibawa sepanjang perjalanan yang panjang. Tidak banyak orang yang tergabung dalam kelompok yang kedua, karena tidak menawan hati dan menarik sebagai anggota kelompok ini dibandingkan kelompok yang pertama. Namun hanya inilah pilihan di kehidupan “orang mati”… yang mana yang kan engkau pilih…. Air yang sebenarnya api, ataukah, api yang sebenarnya air… tanyakan pada hati dan ruhmu.. sejati dirimu akan tahu pilihan yang terbaik bagimu.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Berserah Diri

Oleh FK Yuwono

Terjebak dalam kehidupan “orang mati”, membuatku terkadang berimajinasi akan suatu pemandangan alam yang indah di alam dunia nyata lainnya. Suatu tempat dibawah kaki langit atau bahkan tanpa langit, tanpa mata arah, kehidupan itu sendiri berlangsung … suatu kehidupan yang “nyata”. Tak ada seorangpun yang bergerak atau berbicara, kecuali bertasbih dan memuji pada Raja yang Tertinggi.

Ya Allah, siramilah kami dengan cahayaMu yang sempurna, sucikanlah kami, kasihanilah kami , sehingga kami dapat memuji dan menyanjungMu dengan sebaik-baiknya sanjungan dan pujian, jadikanlah kami rendah hati manunggal diri dan jiwa dalam keberadaanMu. .... seketika cahaya terang yang hangat dan tajam terpancar begitu cepatnya, semakin besar dan semakin besar cahaya itu, meliputi semuanya, sehingga mata tak kuasa memandangnya dan jiwa tak bersuara, terpana… terpana… dan terpana oleh kebesaranMu Ya Rabb. Jasad fana ini hancur berkeping-keping, pasrah diri, tersungkur diharibaanMu Ya Rabb… kemudian.. ruh sejati dengan gembira sukaria secara perlahan bangkit.. berlari dengan gemulai indahnya menyambut Sang Rabbi, tersenyum, manunggal.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

SoBaT Yang BerLaLu

Oleh FK Yuwono

Guru besarku pernah berkata bahwa mulutmu akan menjadi harimau bagi dirimu. Dengan membiarkannya bergerak dan bersuara tanpa kendali, mulutmu akan membuatmu terjebak dalam kondisi yang menyulitkanmu. Oleh karenanya hati-hatilah dengan “harimau”mu, peliharalah ia dengan baik dalam kandang kebijaksanaan dan mata kebenaran . Hati tidak akan lagi berada pada tempatnya disaat “harimau”mu menerkamnya habis. Kebohongan berada pada lidah harimau. Membakar segala kebaikan dan sumbangsih secepat kayu terbakar menjadi abu.

Ya Rabbi, siramilah kami dengan kesempurnaan cahayaMu, sucikanlah kami dalam kebaikanMu dan raihlah kami dalam kecintaanMu, dalam penjagaanMu, dalam kerendahhatianMu, aamin..

Teringatku pada pengalaman yang pernah terjadi ba’da bulan Zulhijah 1428H, sebuah hubungan pertemanan yang baik menjadi hancur hanya karena rauman suara harimau yang tak bertanggungjawab. Sebenarnya tak pernah hati ini menerima keputusan pembubaran sebagai teman baik secara tertulis dari sobatku itu, aku cenderung untuk menganggapnya sebagai kekhilafan yang bisa dilupakan seiring waktu berjalan. Mungkin sobatku itu merasa sangat tidak enak hati telah mengeluarkan kalimat-kalimat buruk itu kepadaku, sobatku langsung memutuskan hubungan baik yang telah terjalin relatif lama tanpa menanyakan pendapatku terlebih dahulu.

Mungkin Allah SWT telah memutuskan bahwa untuk saat ini hal ini adalah yang terbaik kami. Dia Menginginkan kami untuk lebih mahabbah kepadaNya, membuktikan kecintaan dan kesetiaan kami hanya padaNya, Sang Pencipta alam semesta.
Aku yakin dan percaya akan kebaikan-kebaikan yang tersirat di balik semua ini.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

“Rasa” Tanpa Nama

Oleh FK Yuwono


Hidup memiliki “citarasa” yang sangat khusus dan beragam. Tiap rasa terkadang tak dapat diidentifikasikan ke dalam suatu nama, suatu aroma, suatu rasa, suatu citarasa itu sendiri, sementara jalur-jalur hidup akan menuju ke akhir titik yang sama. Area nol, titik cahaya tak bernama.

Akhir-akhir ini tercitra suatu rasa yang aneh. Tidak tahu apa sebabnya, untuk tujuan apa, kemana itu akan berakhir dan nama yang harus disebutkna. Apa yang diketahui, hanyalah “rasa” itu sendiri.

Mengagumi Sang Khalik, Pencipta diri ini dan seluruh kehidupan, membuat diri terjatuh ke dalam kecintaan yang dalam tak bertepi . Sulit menempatkan makhlukNya kedalam diri, hanya Sang Khalik dan diri ini sepanjang waktu. Hingga suatu ketika.. hanya diri ini dan Sang Khalik … dengan kecintaan yang dalam tak kunjung berakhir.. dan kebenaran.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

.