Oleh FK Yuwono
Terjebak dalam kehidupan “orang mati”, membuatku terkadang berimajinasi akan suatu pemandangan alam yang indah di alam dunia nyata lainnya. Suatu tempat dibawah kaki langit atau bahkan tanpa langit, tanpa mata arah, kehidupan itu sendiri berlangsung … suatu kehidupan yang “nyata”. Tak ada seorangpun yang bergerak atau berbicara, kecuali bertasbih dan memuji pada Raja yang Tertinggi.
Ya Allah, siramilah kami dengan cahayaMu yang sempurna, sucikanlah kami, kasihanilah kami , sehingga kami dapat memuji dan menyanjungMu dengan sebaik-baiknya sanjungan dan pujian, jadikanlah kami rendah hati manunggal diri dan jiwa dalam keberadaanMu. .... seketika cahaya terang yang hangat dan tajam terpancar begitu cepatnya, semakin besar dan semakin besar cahaya itu, meliputi semuanya, sehingga mata tak kuasa memandangnya dan jiwa tak bersuara, terpana… terpana… dan terpana oleh kebesaranMu Ya Rabb. Jasad fana ini hancur berkeping-keping, pasrah diri, tersungkur diharibaanMu Ya Rabb… kemudian.. ruh sejati dengan gembira sukaria secara perlahan bangkit.. berlari dengan gemulai indahnya menyambut Sang Rabbi, tersenyum, manunggal.
Terjebak dalam kehidupan “orang mati”, membuatku terkadang berimajinasi akan suatu pemandangan alam yang indah di alam dunia nyata lainnya. Suatu tempat dibawah kaki langit atau bahkan tanpa langit, tanpa mata arah, kehidupan itu sendiri berlangsung … suatu kehidupan yang “nyata”. Tak ada seorangpun yang bergerak atau berbicara, kecuali bertasbih dan memuji pada Raja yang Tertinggi.
Ya Allah, siramilah kami dengan cahayaMu yang sempurna, sucikanlah kami, kasihanilah kami , sehingga kami dapat memuji dan menyanjungMu dengan sebaik-baiknya sanjungan dan pujian, jadikanlah kami rendah hati manunggal diri dan jiwa dalam keberadaanMu. .... seketika cahaya terang yang hangat dan tajam terpancar begitu cepatnya, semakin besar dan semakin besar cahaya itu, meliputi semuanya, sehingga mata tak kuasa memandangnya dan jiwa tak bersuara, terpana… terpana… dan terpana oleh kebesaranMu Ya Rabb. Jasad fana ini hancur berkeping-keping, pasrah diri, tersungkur diharibaanMu Ya Rabb… kemudian.. ruh sejati dengan gembira sukaria secara perlahan bangkit.. berlari dengan gemulai indahnya menyambut Sang Rabbi, tersenyum, manunggal.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License
No comments:
Post a Comment