Monday, June 23, 2008

Shalat



Bagi kanjeng Rasulullah SAW, Shalat adalah Cahaya Mata [qurrata a’yun], sebagaimana sabda beliau :
“dosa-dosa manusia, saat dia melaksanakan shalat, akan jatuh berguguran laksana daun pohon yang berguguran. Shalat adalah cahaya mataku dan bagiku shalat adalah laksana makanan bagi orang lapar dan air bagi orang yang haus. Sekalipun orang yang lapar dan haus akan merasa kenyang, tetapi aku tidak pernah merasa kenyang [atas shalat].”

Beberapa ulama besar terdahulu memaknai shalat sebagaimana terurai singkat di bawah ini.

Syekh Muhammad Al Haritsi Al Makki dalam kitab Qut al Qulub fi Mu’amalah Al Mahbub wa Washf Thariq Al Murid ila Maqam Al Tauhid, bagi orang yang mengenal Allah SWT [‘Arif], setiap ucapan dalam shalatnya mengarah pada 10 tingkatan [maqam] dan penyaksian [musyahadah] kepada Allah SWT yaitu :(1) mengimani [Iman], (2) berserah diri [Islam], (3) bertobat [taubah], (4) bersabar [shabr], (5) ridha [ridha], (6) takut [khauf], (7) berharap [raja’], (8) bersyukur [syukr], (9) mencintai [mahabbah],(10) bertawakal kepadaNya [tawakkal].

Kesepuluh makna ini merupakan tingkatan-tingkatan keyakinan. Semua makna ini terkandung di dalam setiap kata yang dipersaksikan oleh orang yang akrab dan bermunajat kepadaNya serta diketahui oleh orang yang berilmu dan memahami arti kehidupan. Itu karena ucapan Kekasih dapat membangkitkan dan menggairahkan hati, yang hanya disadari oleh orang yang hidup, dan hanya dihidupkan oleh orang yang memenuhi seruan.

“Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan, supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.” QS Yaasin : 69-70.
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu..” QS Al Anfal : 24.

Apabila seseorang khusyuk dalam shalatnya, hatinya akan menyaksikan bahwa dia sedang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam pada hari yang setara dengan 5000 tahun di dunia. Lalu, dia merasakan kehadirannya di hadapan Tuhan Yang Maha Perkasa. Hal itu karena ia tidak termasuk orang-orang yang lalai. Hal gaibpun menjadi hadir baginya dan dia segera mengagungkan Tuhan Yang Maha Hadir. Dirinya disibukkan dengan mengagungkan Tuhan Yang Maha Dekat dan diliputi ketakutan kepada Tuhan Yang Maha Mengawasi.

Apabila seseorang yang shalatnya khusyuk ini berdoa, dia memandang Tuhan kepadaNya doa itu dipanjatkan, sehingga dia mulai memuliakan dan memujiNya dan lupa pada hajat duniawinya. Dia melupakan dirinya karena perhatiannya hanya tertuju pada Tuhannya, dan melupakan permohonannya karena berusaha untuk memujiNya dengan cara sebaik-baiknya.

Kanjeng Sunan Bonang dalam Suluk Wujil bait bait 12-13, memaknai shalat sebagai berikut :
Utamaning sarira puniki, Angawruhana jatining shalat, Sembah lawan pamujine, Jatining shalat iku, Dudu ngisa tuwin magerib, Sembahyang araneka, Wenange punika, Lamun arana shalat, Pun minangka kekembanging shalat dhaim, Ingaran tata karma
Endi ingaran sembah sejati, Aja nembah yen tan katingalan, Temahe kasor kulane, Yen sira nora weruh, Kang sinembah ing donya iki, Kadi anulup kaga, Punglune den sawur, Manuke mangsa kenaa, Awekasa amangeran adan sarpin, Sembahe sia-sia


Artinya :
Unggulnya diri itu, Mengetahui hakikat shalat, Sembah dan pujian, Shalat yang sebenarnya itu, Bukan mengerjakan shalat Isya' dan Magrib, Itu namanya sembahyang, Apabila itu disebut shalat, Maka hanyalah hiasan dari shalat dhaim, Hanyalah tata krama
Manakah yang disebut shalat yang sesungguhnya itu ?, Janganlah menyembah, Jikalau tak mengetahui siapa yang disembah, Akibatnya dikalahkan oleh martabat hidupmu, Jika di dunia ini, Engkau tidak mengetahui siapa yang disembah, Maka engkau seperti menyumpit burung, Pelurunya hanya disebarkan, Tapi burungnya tak ada yang terkena tembakan, Akibatnya cuma menyembah ketiadaan, Suatu sesembahan yang sia-sia





Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

13 comments:

Anonymous said...

jadi djeng nyembah siapa??? siapa yang menyembah dan siapa yang disembah??? Aku hanya memandang dan terang adalah sifatku awas karena rasaku.

Fitri K DJuwono said...

yang bertanya dgn yg ditanya sama-sama sudah mengerti dan faham. jadi, mengapa saling bertanya suatu hal yg sudah tidak perlu dipertanyakan kpd satu dgn lainnya. tanyalah lebih ke dalam diri anda pribadi agar mencapai kesempurnaan makrifat, dan tanyalah kepada guru mursyid anda, wahai anonymous..

Anonymous said...

"SELAMAT BERBAHAGIA"

Fitri K DJuwono said...

Sami2 wahai anonymous.. "SELAMAT BERBAHAGIA" pula bagi anda. Semoga Allah SWT Memberkati anda selalu, aamin..

Anonymous said...

kemarin malam (malam mingguan) kami kebetulan kumpul, kami membahas tentang dzat, kedudukan dzat, kesempurnaan dzat dan persaksian. Ada beberapa ikhwan yang bingung walaupun mereka mengetahui dengan nyata. Pernah dalam pertemuan saya ungkapkan "saat aku jauh darimu sungguh engkau seperti dugaanku, saat aku mendekat kepadamu engkau masih seperti dugaanku, saat aku kenal denganmu sungguh engkau tidak sama dengan dugaanku" "la illaha ha illa ana" (Maaf hanya bertukar pendapat saja, makanya saya tanya spt tadi, krn rasa hatiku tergoda oleh mabuknya pada rabb ku, yang tersaksi oleh diriku sendiri.)

Fitri K DJuwono said...

Tidak apa-apa Mas, wajar hal itu terjadi di saat diri mengalami rindu tanpa akhir pada Sang Kekasih Sejati. Kesederhanaan dalam mengenalNya membuat diri tanpa byk menduga, mengikuti alurNya dalam tahap-tahap berkenalan, sampai mencintaiNya. sehingga semakin kenal akan semakin cinta, yg sulit utk diuraikan dlm bentuk syair indah apapun. satu perguruan bukan berarti akan satu pemahaman pengenalan, krn semata semua itu perkenanNya pd tiap2 diri. Semoga Allah SWT Memberkati kita dg kecintaan pdNya yg kaffah lahir batin, aamin. Terimakasih Mas berkenan sharing di blog saya.

Anonymous said...

Pagi Djeng, maaf kemarin dan sekarang saya masih pakai anonymous, bukannya tidak hormat (pun sampun ampun paralun) dg tidak mengenalkan nama, tapi apalah artinya nama, buat si pengunjung cahaya dan si pengunujung goa, ya toh djeng. wassallam

Fitri K DJuwono said...

Siang Mas, nama mungkin tidaklah bermakna utk sekedar lewat saja. namun amatlah bermakna utk saling silaturahmi dan diskusi keilahian yg manfaat bagi bersama, dengan perkenanNya. Wa'alaikumsalam warahmatullah ...

Anonymous said...

Untuk sekedar silaturahim di dunia maya spt ini sptnya cukuplah dengan dipanggil "wastu nirwenda" (spt nama tokoh rekaanku dalam salah satu bukuku "pengunjung gua purba")

Fitri K DJuwono said...

:) monggo, kersane panjenengan nggih.. sekali lagi, terimakasih berkenan mampir di blog sederhana ini.

Anonymous said...

Jasril said..

asw Djeng.. salam kenal sebelumnya dari saya . Klo sekiranya berkenan, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan mengenai arti,maksd dan tujuan dari :
1. Ma'rifat ismu alim
2. Hakekat Shalat Haji
3. Sareat Solat Jamaah

terima kasih sebelumnya. Wassalam,,

Fitri K DJuwono said...

:) Saudara Jasril, terimakasih telah berkenan visti di blog yg sederhana ini. terimakasih pula telah mengajukan pertanyaan2 yang sejatinya telah Saudara mengerti apa arti, maksud dan tujuan dari ketiga hal tersebut. bilapun belum sampai, maka perjalanan ruhani Saudara yg akan dapat menjawabnya hingga arti, maksud dan tujuan yg sebenarnya menghujjah ke dalam diri. smoga Allah SWT Memudahkan Saudara faham akan ketiganya, aamin Allahumma aamin..

Anonymous said...

Atuna tufuli