Monday, June 30, 2008

Prinsip Rasulullah SAW


Dalam suatu hadist shahih, Kanjeng Rasulullah SAW bersabda :

“Makrifat adalah modalku,
Akal pikiran sumber agamaku,
Cinta adalah dasar hidupku,
Rindu kendaraanku,
Berzikir kepada Allah SWT adalah kawan dekatku,
Keteguhan perbendaharaanku,
Duka adalah kawanku,
Ilmu adalah senjataku,
Ketabahan adalah pakaianku,
Kerelaan sasaranku,
Faqir adalah kebanggaanku,
Menahan diri adalah pekerjaanku,
Keyakinan makananku,
Kejujuran perantaraku,
Ketaatan adalah ukuranku,
Berjihad perangaiku, dan
Hiburanku adalah shalat.”



Sumber : Sejarah Perjalanan Hidup Nabi Muhammad SAW, Haekal, hal. 214.



Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Monday, June 23, 2008

Shalat



Bagi kanjeng Rasulullah SAW, Shalat adalah Cahaya Mata [qurrata a’yun], sebagaimana sabda beliau :
“dosa-dosa manusia, saat dia melaksanakan shalat, akan jatuh berguguran laksana daun pohon yang berguguran. Shalat adalah cahaya mataku dan bagiku shalat adalah laksana makanan bagi orang lapar dan air bagi orang yang haus. Sekalipun orang yang lapar dan haus akan merasa kenyang, tetapi aku tidak pernah merasa kenyang [atas shalat].”

Beberapa ulama besar terdahulu memaknai shalat sebagaimana terurai singkat di bawah ini.

Syekh Muhammad Al Haritsi Al Makki dalam kitab Qut al Qulub fi Mu’amalah Al Mahbub wa Washf Thariq Al Murid ila Maqam Al Tauhid, bagi orang yang mengenal Allah SWT [‘Arif], setiap ucapan dalam shalatnya mengarah pada 10 tingkatan [maqam] dan penyaksian [musyahadah] kepada Allah SWT yaitu :(1) mengimani [Iman], (2) berserah diri [Islam], (3) bertobat [taubah], (4) bersabar [shabr], (5) ridha [ridha], (6) takut [khauf], (7) berharap [raja’], (8) bersyukur [syukr], (9) mencintai [mahabbah],(10) bertawakal kepadaNya [tawakkal].

Kesepuluh makna ini merupakan tingkatan-tingkatan keyakinan. Semua makna ini terkandung di dalam setiap kata yang dipersaksikan oleh orang yang akrab dan bermunajat kepadaNya serta diketahui oleh orang yang berilmu dan memahami arti kehidupan. Itu karena ucapan Kekasih dapat membangkitkan dan menggairahkan hati, yang hanya disadari oleh orang yang hidup, dan hanya dihidupkan oleh orang yang memenuhi seruan.

“Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan, supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.” QS Yaasin : 69-70.
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu..” QS Al Anfal : 24.

Apabila seseorang khusyuk dalam shalatnya, hatinya akan menyaksikan bahwa dia sedang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam pada hari yang setara dengan 5000 tahun di dunia. Lalu, dia merasakan kehadirannya di hadapan Tuhan Yang Maha Perkasa. Hal itu karena ia tidak termasuk orang-orang yang lalai. Hal gaibpun menjadi hadir baginya dan dia segera mengagungkan Tuhan Yang Maha Hadir. Dirinya disibukkan dengan mengagungkan Tuhan Yang Maha Dekat dan diliputi ketakutan kepada Tuhan Yang Maha Mengawasi.

Apabila seseorang yang shalatnya khusyuk ini berdoa, dia memandang Tuhan kepadaNya doa itu dipanjatkan, sehingga dia mulai memuliakan dan memujiNya dan lupa pada hajat duniawinya. Dia melupakan dirinya karena perhatiannya hanya tertuju pada Tuhannya, dan melupakan permohonannya karena berusaha untuk memujiNya dengan cara sebaik-baiknya.

Kanjeng Sunan Bonang dalam Suluk Wujil bait bait 12-13, memaknai shalat sebagai berikut :
Utamaning sarira puniki, Angawruhana jatining shalat, Sembah lawan pamujine, Jatining shalat iku, Dudu ngisa tuwin magerib, Sembahyang araneka, Wenange punika, Lamun arana shalat, Pun minangka kekembanging shalat dhaim, Ingaran tata karma
Endi ingaran sembah sejati, Aja nembah yen tan katingalan, Temahe kasor kulane, Yen sira nora weruh, Kang sinembah ing donya iki, Kadi anulup kaga, Punglune den sawur, Manuke mangsa kenaa, Awekasa amangeran adan sarpin, Sembahe sia-sia


Artinya :
Unggulnya diri itu, Mengetahui hakikat shalat, Sembah dan pujian, Shalat yang sebenarnya itu, Bukan mengerjakan shalat Isya' dan Magrib, Itu namanya sembahyang, Apabila itu disebut shalat, Maka hanyalah hiasan dari shalat dhaim, Hanyalah tata krama
Manakah yang disebut shalat yang sesungguhnya itu ?, Janganlah menyembah, Jikalau tak mengetahui siapa yang disembah, Akibatnya dikalahkan oleh martabat hidupmu, Jika di dunia ini, Engkau tidak mengetahui siapa yang disembah, Maka engkau seperti menyumpit burung, Pelurunya hanya disebarkan, Tapi burungnya tak ada yang terkena tembakan, Akibatnya cuma menyembah ketiadaan, Suatu sesembahan yang sia-sia





Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License

Sunday, June 22, 2008

Sebuah Percakapan Nabi Musa AS dgn Allah SWT



Dalam suatu riwayat, Nabi Musa AS berdoa : “Wahai Tuhanku, tunjukkanlah suatu perkara yang di dalamnya terkandung ridhaMu agar aku dapat mengerjakannya.”

Lalu, Allah SWT Mewahyukan, “sesungguhnya ridha-Ku terdapat di dalam sesuatu yang tidak kamu sukai, sedangkan kamu tidak cukup sabar terhadap sesuatu yang tidak kamu sukai itu.”

Musa AS pun meminta, “Wahai Tuhanku, tunjukkanlah padaku apakah itu ?.”

Lalu Allah SWT Berfirman, “Ridha-Ku terdapat dalam ridhamu akan ketentuan takdir-Ku.”

Nabi Musa AS bertanya kepada Allah SWT, “Wahai Tuhanku, siapakah makhluk yang paling Engkau Cintai ?.”

Allah SWT Menjawab, “orang yang jika Aku ambil apa yang ia cintai, maka dengan lapang ia menyerahkannya pada-Ku.”

Musa AS bertanya lagi, “siapakah makhluk yang tidak Engkau sukai ?.”

Allah SWT Menjawab, “orang yang meminta kepada-Ku agar memilihkan sesuatu yang baik untuknya, namun setelah Aku Penuhi, ia malah membenci ketentuan-Ku itu.”

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 License